Siapa yang Berkenan Naik (Pesan Gembala, 01 Februari 2020)

SIAPA YANG BERKENAN NAIK?

Mazmur 24:1-6 (3) “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?”

Hari-hari ini keadaan dunia semakin buruk dan hal ini membuat banyak orang diliputi oleh ketidaknyamanan dan kekuatiran. Virus-virus dengan berbagai nama dan julukan yang terjangkit dimana-mana menjadi sebuah ketakutan tersendiri bagi banyak orang di banyak bangsa. WHO (badan kesehatan dunia) menyatakan angka stres, depresi, kesulitan meningkat tajam dan menimpa semua orang di banyak wilayah di berbagai kalangan.

Bagaimana dengan kita? Dan bagaimana dengan sikap kita sebagai orang percaya dalam situasi dan kondisi dunia saat ini? Apakah kita akan bersikap sama dengan orang-orang yang sedang berada dalam kekuatiran dan ketakutan? Kita harus bisa menjadi “the best contact center”, yaitu tempat dimana orang bisa bertanya dan mencari solusi di dalam kehidupannya pada waktu mereka mengalami persoalan dan kesulitan.

Dalam Mazmur di atas, pemazmur menuliskan bahwa siapa yang boleh naik ke atas gunung TUHAN dan yang berdiri di tempat-Nya yang kudus adalah orang yang akan mengalami kekuatan dan tidak akan goyah di dalam hidupnya. Artinya, kekuatan dan kehendak Tuhan bagi kita dapat diperoleh pada waktu kita ada di dalam hadirat Tuhan.

Hari-hari ini tantangan yang dihadapi orang-orang, termasuk orang percaya, bagaikan “goliat-goliat” yang membuat banyak orang mengalami ketakutan, bagaikan pasukan Israel yang menjadi tawar hati dan ketakutan ketika mendengar intimidasi yang dilontarkan Goliat. Namun bersyukur ada sosok Daud yang berani tampil menghadapi bahkan mengalahkan Goliat tersebut. Apa yang dilakukan Daud? Daud tidak menggunakan kekuatannya sendiri, namun ia mendatangi Goliat dengan nama Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan yang ia sembah sanggup melepaskan ia dari Goliat.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Bahwa kekuatan dan kemampuan kita untuk memandang segala sesuatu dan bergerak sesuai yang dikehendaki Tuhan tergantung di dalam hubungan kita dengan Tuhan. Satu-satunya harapan kita untuk mengalami kemenangan dan keberkatan Tuhan terletak ketika kita dengan kesungguhan hati menghampiri tahta kasih karunia Tuhan melalui Kristus supaya menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan pada waktunya.

Gunung Tuhan berbicara tentang keberadaan Tuhan, dimana Tuhan bertakhta, tempat yang kudus atau berbicara juga tentang hadirat Tuhan. Allah Bapa bukanlah Allah yang sulit untuk ditemui. Ia rindu setiap umat-Nya datang dan mendekat kepada-Nya. Namun tidak semua orang dapat mengalami Tuhan tanpa kerinduan yang sungguh dan motivasi hati yang salah.

Beberapa hal yang harus kita perhatikan agar sungguh mengalami Tuhan, di antaranya adalah:

(1). Mendekat dengan ketulusan hati.

Maz. 24:4 “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.

Mazmur ini disusun diperkirakan saat Daud membawa Tabut Perjanjian memasuki Yerusalem (2 Samuel 6). Tabut Perjanjian merupakan sebuah kotak yang berisi hukum Tuhan, tongkat Harun yang berbunga, dan manna. Tabut ini dibuat atas perintah Tuhan kepada Musa sebagai tanda kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya Israel. Sebelumnya, sudah beberapa kali Tuhan marah kepada Israel sehingga Ia membiarkan bangsa lain mengambil tabut ini.

Daud berusaha mengembalikan Tabut Perjanjian ke Yerusalem. Waktu itu Tabut Perjanjian sudah lama tidak berada di tempat semestinya karena dirampas bangsa Filistin. Pemerintahan Saul tidak memerdulikan keberadaan Tabut. Maka Daud dengan ketulusan hati mengembalikan tabut tersebut ke Yerusalem, kota Daud, pusat pemerintahan. Tindakan Daud ini adalah upaya menjadikan Tuhan bukan hanya sebagai pusat dalam pemerintahannya, namun juga menjadikan Tuhan sebagai pusat bagi kehidupan pribadinya dan seluruh umat Tuhan.

(2). Mendekat dengan hati yang taat dan percaya

Maz. 24:4 “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.

Tidak ada ujian yang lebih berat selain ujian yang dihadapi seorang bernama Abraham yang demi ketaatannya pada Tuhan, maka ia rela naik ke gunung untuk memersembahkan anaknya. Ini merupakan ujian yang mengejutkan karena Ishak, anak yang harus ia persembahkan, adalah anak yang telah lama ia nantikan. Dengan penuh ketaatan, Abraham memulai perjalanannya dengan membawa anaknya berikut setumpuk kayu bakar untuk korban persembahan.

Ketaatannya untuk tetap naik ke gunung yang diperintahkan Tuhan, yang sangat tidak mudah baginya, memberikan kemuliaan tersendiri bagi Tuhan. Ini merupakan teladan bagi kita terkait bagaimana caranya untuk tetap memuliakan Tuhan di tengah kondisi yang sangat sulit. Ketika kita memilih untuk mendekat dan percaya seperti Abraham di tengah ketidakmungkinan, sesungguhnya kita sedang memuja Tuhan akan rencana-Nya yang tidak pernah gagal dan sifat-Nya yang sangat terpercaya.

Mari jemaat Tuhan, naik ke gunung Tuhan bukanlah semata-mata tindakan berdoa kepada Tuhan dengan segala formalitas yang rutin dilakukan banyak orang percaya dengan serentetan list permohonan yang dipanjatkan. Namun lebih kepada tindakan datang mendekat mencari wajah Tuhan karena timbul dari hati yang tulus dan rindu akan mendengar suara dan maksud hati-Nya. Selamat mendekat!

Tuhan Yesus memberkati!

 

Siapa yang Berkenan Naik (Pesan Gembala, 01 Februari 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-