Prajurit Yang Mengalami Kekalahan (Pesan Gembala, 23 November 2019)

Yosua 7:4-5 (5) Sebab orang-orang Ai menewaskan kira-kira tiga puluh enam orang dari mereka; orang-orang Israel itu dikejar dari pintu gerbang kota itu sampai ke Syebarim dan dipukul kalah di lereng. Lalu tawarlah hati bangsa itu amat sangat. 

Apabila kita perhatikan keseluruhan kitab Yosua kita dapat melihat dengan jelas apa yang menjadi dasar kemenangan bangsa Israel, yaitu janji penyertaan Tuhan. Dan kita pun tahu bahwa janji Tuhan itu adalah sesuatu yang pasti. Tuhan memiliki janji yang start dan endingnya sudah jelas, yaitu kemenangan. Jadi dari sisi Tuhan, kemenangan bangsa Israel adalah sesuatu yang sudah pasti. 

Namun dari sisi bangsa Israel, kita melihat bahwa bangsa Israel tidak serta merta memeroleh kemenangan. Ada peperangan-peperangan yang harus dilewati satu persatu dengan ketaatan untuk mencapai kemenangan. Apabila kita perhatikan, perjalanan bangsa Israel sejak mereka menjejakkan kaki di tanah perjanjian mereka melewati berbagai pilar rintangan. 

Pilar pertama, yaitu kota Yerikho, dimana bangsa Israel di bawah kepemimpinan Yosua tersebut berhasil melewatinya dengan kemenangan yang luar biasa. Dengan iman mereka melakukan apa yang Yosua dapatkan dari Tuhan, yaitu berjalan mengelilingi tembok Yerikho sambil meniup sangkakala, dan tembok yang kokoh itu pun hancur, diluluhlantakkan. Tuhan berkarya di belakang kemenangan bangsa Israel. 

Lalu selanjutnya adalah pilar kedua yang harus bangsa Israel lewati, yaitu kota Ai. Sebuah kota kecil yang bermakna tempat reruntuhan, kota yang tidak terlalu berarti apabila dibandingkan dengan Yerikho. Yosua lalu menyuruh orang dari Yerikho untuk mengintai kota Ai. Setelah pengintai pulang dan melaporkan apa yang mereka lihat, maka Yosua mengirimkan prajurit secukupnya untuk berperang. Ternyata, apa hasil dari peperangan tersebut? Musuh dengan sangat mudah mengalahkan pihak Israel dan menewaskan 36 orang prajuritnya. 

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Kalau kita perhatikan selama beberapa minggu terakhir ini Tuhan sedang mengingatkan tentang siapa diri kita di hadapan-Nya. Bahwa bukankah kita semua adalah prajurit-prajurit-Nya Tuhan? Tuhan sedang mengajarkan para prajurit-Nya untuk “berperang” dengan cara yang benar. Dan melalui pesan-Nya kali ini, Tuhan sedang memeringatkan kita agar senantiasa berjaga-jaga, karena musuh bisa datang kapan saja di saat yang tidak terduga, setelah terlebih dahulu mereka memerhatikan dan mengamat-amati sekiranya ada wilayah yang terbuka untuk mereka beroperasi. Tuhan memeringatkan kita untuk meningkatkan kewaspadaan. 

Melalui kisah bangsa Israel yang mengalami kekalahan di kota Ai ini, mari kita belajar apa yang dimaksud dengan hidup yang berjaga-jaga. Selain membangun kehidupan doa, beberapa makna tentang berjaga-jaga di antaranya adalah:

(1). Tidak menganggap remeh setiap situasi yang kita hadapi. 

Yos. 7:3 …”Tidak usah seluruh bangsa itu pergi, biarlah hanya kira-kira dua atau tiga ribu orang pergi untuk menggempur Ai itu; janganlah kaususahkan seluruh bangsa itu dengan berjalan ke sana, sebab orang-orang di sana sedikit saja.” 

Kemenangan bangsa Israel atas Yerikho merupakan prestasi tersendiri yang tidak pernah dilupakan oleh bangsa Israel, bahkan sampai hari ini. Tidak ada bangsa lain, selain umat pilihan Tuhan, yang dapat memenangkan peperangan dengan cara yang begitu spektakular sekaligus supranatural. Bayangkan, tembok kota Yerikho yang begitu tebal dan kokoh dapat hancur begitu saja setelah bangsa Israel berjalan mengelilingi tembok Yerikho selama tujuh hari berturut-turut, diakhiri dengan tiupan sangkakala dan sorak sorai. Seluruh strategi yang mereka lakukan tersebut tidak lain didapat ketika Yosua datang kepada Allah Bapa, Panglima balatentara Tuhan. 

Namun sayangnya, ketika mereka berhadapan dengan kota Ai, sebuah kota yang jauh lebih kecil dari Yerikho, bahkan sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Yerikho, mereka menganggap remeh sama sekali akan kekuatan kota itu. Ketika pengintai melaporkan bahwa penduduk kota Ai hanya sedikit saja, maka Yosua serta merta mengirimkan sedikit pasukan untuk berperang melawan kota Ai. Yosua merasa tidak perlu “berkonsultasi” dengan Panglima yang sama berkaitan dengan strategi apa yang harus mereka gunakan untuk memerangi Ai. Ia menganggap remeh kota Ai, hanya karena ia melihat jumlah penduduk yang sedikit. Dan inilah yang menyebabkan tewasnya puluhan prajurit Israel. 

(2). Tidak memikirkan hal-hal yang lain selain apa yang dipikirkan Tuhan. 

Yos. 7:1 Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu,… 

Eforia kemenangan Israel atas Yerikho masih begitu terasa kental sekalipun mereka sudah beranjak meninggalkan Yerikho. Ada rasa bangga yang masih menyelimuti perasaan bangsa Israel. Bayangkan, kota yang tadinya begitu kokoh bisa runtuh dengan cara yang dahsyat. Bahkan runtuhnya Yerikho tersebut terdengar sampai kepada telinga orang-orang di seluruh negeri (Yos. 6:27). “Pesta kemenangan” ini lambat laun membuat sebagian dari bangsa Israel mulai percaya kepada diri dan kemampuan mereka sendiri. 

Fokus perhatian dan pemikiran mereka mulai bergeser. Ketika melihat barang-barang jarahan yang begitu indah dan banyak, mulailah mereka memikirkan dan mendambakan untuk memiliki barang-barang yang sebetulnya dikhususkan untuk ditumpas. Hal-hal inilah yang membuat fokus perhatian untuk memikirkan apa yang sesungguhnya Tuhan kehendaki selanjutnya menjadi tergantikan. Bukankah ini yang seringkali menjadikan celah sekaligus kekalahan orang percaya ketika mereka mulai mereka-reka dan berkehendak mengikuti keinginan diri mereka sendiri?

Mari jemaat Tuhan, pesan ini sesungguhnya adalah peringatan dari Tuhan bagi kita. Oleh karena itu, tetaplah fokus kepada rencana Tuhan yang semula sudah ditetapkan bagi kita, berjalanlah terus  mengikuti langkah dan kehendak-Nya. Bangun keterkoneksian dengan Tuhan, karena strategi yang dahsyat lahir dari hubungan yang demikian. Selamat berjaga-jaga dan menang! 

Tuhan Yesus memberkati! 

Prajurit Yang Mengalami Kekalahan (Pesan Gembala, 23 November 2019)

| Warta Jemaat |
About The Author
-