Menjadikan Masalah Sebagai Batu Lompatan (Pesan Gembala, 27 Desember 2020)

MENJADIKAN MASALAH SEBAGAI BATU LOMPATAN

Mazmur 18:33-34 (33) Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; (34) yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit;

Tidak ada ucapan yang lebih indah daripada ucapan syukur yang dipanjatkan oleh seseorang yang posisinya sudah berada di ujung tanduk namun mengalami pertolongan Tuhan yang tepat pada waktunya. Seseorang yang merasa hidupnya sudah tidak memiliki pengharapan, namun Tuhan angkat melebihi apa yang ada di pikirannya. Seseorang yang menyadari bahwa ada maksud Tuhan yang luar biasa di balik masalah yang ia hadapi. Itulah inti dari Mazmur 18.

Daud merayakan kasih setia Tuhan yang telah memilih dia sebagai raja Israel. Daud menyatakan kasihnya kepada Tuhan karena sudah menjadi kekuatannya dalam mengarungi perjalanan panjang hidupnya. Kasih setia Tuhan memang nyata sepanjang hidup Daud. Ini terlihat mulai dari masa
panggilannya, masa persiapannya, dan masa
pemerintahannya. Perjalanan hidup Daud diwarnai dengan fase demi fase.

Satu metafora menarik yang digunakan Daud dalam menggambarkan bagaimana Tuhan “memaksa” Daud untuk semakin naik dan menjadikan masalah sebagai “batu lompatan” agar Daud naik ke fase yang lebih tinggi, yaitu dengan menggunakan contoh binatang rusa.

Rusa adalah gambaran dari jenis hewan lemah yang selalu menjadi incaran predator-predator buas, seperti singa, harimau, buaya, dan sebagainya. Kekuatan kaki rusa meskipun kecil namun cakap untuk dapat berlari dan melompat jauh. Hal inilah yang membuatnya menjadi senjata dalam menghindari serangan. Selain punya langkah yang panjang dengan keempat kakinya yang lentik, rusa bisa melompat tinggi untuk mendaki perbukitan. Bukit terjal berbatu bukanlah masalah bagi seekor rusa untuk dilompati agar mencapai puncak bukit, sebuah lokasi yang jauh lebih aman dari kejaran binatang-binatang buas.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Lagi-lagi Tuhan memberikan kunci bagi umat-Nya agar tahu bersikap tepat di dalam setiap keadaan yang dihadapi. Kadang kita tidak menyadari bahwa keadaan terpojok yang diijinkan Tuhan adalah suatu “batu lompatan” yang dijadikan Tuhan untuk membawa kita ke level selanjutnya atau level yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sayangnya, kondisi sulit yang dihadapi banyak orang percaya seringkali dijadikan ajang kekecewaan, situasi yang penuh luka, sungut-sungut dan kemarahan, sehingga tanpa disadari alih-alih mengubah masalah menjadi “batu lompatan,” malah menjadi “batu sandungan.”

Oleh sebab itu, beberapa prinsip yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, agar menjadikan masalah menjadi “batu lompatan” di antaranya adalah:

(1). Belajar menangkap pelajaran di setiap keadaan yang dihadapi.

Maz. 18:35 yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga.

Saat ini kita sudah berada di penghujung tahun, hari-hari yang akan kita hadapi ke depan mungkin tidak akan lebih mudah. Kondisi pandemi belum berakhir. Namun hal itu bukan berarti bahwa hidup kita para pemercaya akan turut menjadi sukar pula, asalkan kita mau berjalan melekat bersama Tuhan. Daud adalah seorang yang pernah mengalami masa-masa yang sangat sulit dalam perjalanan hidupnya. Langkah-langkah yang ia lalui bersama Tuhan telah membuat ia belajar berjalan menapaki anak tangga demi anak tangga dari yang terendah.

Mengandalkan kemampuan kita yang terbatas, cepat atau lambat kita akan menyerah kalah oleh kesulitan-kesulitan hidup. Kita tidak akan mampu keluar dari beban persoalan jika hanya bergantung pada kemampuan diri sendiri. Tuhan tahu batas kemampuan kita. Ketika kita sendiri tidak mampu, Tuhan siap menjadi jawaban. Dia mampu membuat kaki-kaki kita lincah dan kuat seperti rusa untuk mampu melewati jalan berbatu dan naik sampai di atas bukit. Tuhan siap membuat kita naik lebih tinggi di atas semua masalah dan keluar menjadi pemenang.

(2). Belajar untuk tidak menjadi “batu sandungan” di setiap keadaan yang dihadapi.

Mazmur 18:47-48 (47) TUHAN hidup! Terpujilah gunung batuku, dan mulialah Allah Penyelamatku, (48) Allah, yang telah mengadakan pembalasan bagiku, yang telah menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku,

Penghancuran musuh yang dilakukan Daud (ayat 38-46) bukan merupakan pembalasan dendam pribadi Daud, melainkan penegakan keadilan dan kebenaran. Apa yang Daud lakukan murni untuk kepentingan Tuhan dan agar nama Tuhan yang ditegakkan di antara bangsa-bangsa. Terbukti memang Daud tidak melakukan semua itu demi memuaskan egonya. Berbeda dengan Saul yang fokus pengejarannya tidak diarahkan kepada musuh bangsa Israel, melainkan diarahkan kepada Daud.

Semua yang dilakukan hanya berfokus kepada pemuasan egonya dan kepentingannya sendiri. Dendam tanpa alasan ini yang membuat ia tidak lagi memikirkan apa yang dipikirkan Tuhan. Dari sini kita dapat melihat akhir dari perjalanannya masing-masing. Daud semakin naik, semakin berkenan di hadapan Tuhan, sedangkan Saul semakin turun dan jauh dari yang dikehendaki Tuhan. Di dalam pengiringan yang kita lakukan selama ini, kepentingan siapa yang sesungguhnya sedang kita representasikan? Kepentingan diri sendiri akan menghasilkan “batu sandungan,” sedangkan kepentingan Kerajaan Sorga menghasilkan “batu lompatan.”

Mari jemaat Tuhan, di dalam hidup yang kita jalani ini kita tidak dapat menghindari diri dari adanya tantangan. Entahkah tantangan itu terjadi akibat kesalahan yang kita lakukan sendiri ataukah sesuatu yang diijinkan Tuhan untuk dialami. Satu hal yang harus kita pahami, sikap kitalah yang akan menentukan entahkah kita akan menjadi korban atau menjadi pemenang.

Tuhan Yesus memberkati!

Menjadikan Masalah Sebagai Batu Lompatan (Pesan Gembala, 27 Desember 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-