Ketika Kesesakan Menekan (Pesan Gembala, 31 Mei 2020)

Mazmur 77:1-21 (3) Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan.

Selama kita hidup di dunia ini pastilah tidak ada seorangpun yang terlepas dari problema atau tantangan kehidupan. Entahkah itu perkara keluarga, pekerjaan, ekonomi, kesehatan dan lain-lain. Kehidupan ini tidak selamanya berjalan mulus tanpa hambatan. Tuhan memang tidak menjanjikan hari akan selalu sejuk. Kadang murid-murid Yesus harus berjalan di tengah terik panas matahari yang begitu menyengat, namun kadang mereka bisa berada di tengah angin sakal yang mengombang-ambingkan perahu mereka.

Masa kesesakan bisa hadir begitu saja. Tidak sedikit orang-orang yang akhirnya menjadi apatis, karena merasa tidak sanggup melalui situasi tersebut. Mereka merasa Tuhan tidak adil terhadap mereka. Sepertinya orang lain yang tidak memiliki Tuhan menjalani kehidupan yang lebih baik dari diri mereka. Namun sebagai orang percaya, tidak seharusnya kita mudah menjadi frustrasi, menyerah dan membiarkan kekalahan menguasai.

Kita berharap bahwa Tuhan akan segera menolong dan memberi jalan keluar atas masalah yang kita hadapi, namun pada kenyataannya jawaban Tuhan tidak kunjung datang, sehingga acapkali tidak sedikit orang percaya yang menjadi tawar hati. Ingat, Salomo dalam kitab Amsal mengatakan bahwa “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.” Amsal ini memotivasi kita untuk tidak mudah menyerah saat berada dalam masa kesesakan. Karena dikatakan bahwa Tuhan sesungguhnya telah menyediakan sesuatu yang luar biasa di depan kita.

Ketika kita memerhatikan tokoh-tokoh iman di Alkitab, kita menyadari bahwa hampir semua dari mereka pernah, pada suatu ketika, mengalami keadaan depresi yang cukup dalam. Musa pernah dihadapkan Tuhan dengan tugas yang sulit untuk menjadi seorang pemimpin dan sekaligus orang yang bertanggung jawab atas jutaan orang Yahudi. Bukan orang-orang Yahudi yang dengan rela hati mengikuti kemana Tuhan membawa mereka, namun orang-orang yang pada dasarnya menolak untuk dibawa ke tempat yang jauh lebih baik dari Mesir.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Perkara tantangan dalam kehidupan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Semua orang mengalaminya. Kesesakan juga bisa dialami oleh siapa pun, dengan berbagai ragam perkara yang mendahului di depannya. Namun sikap kita pada waktu mengalaminya itu yang membuat hasil akhir dari penyelesaiannya berbeda. Apakah menjadi semakin naik dan memahami tujuan Tuhan di balik semua yang terjadi atau malah menjadi turun dan terpuruk.

Tuhan mau kita belajar pada pemazmur Asaf yang pernah mengalami masa-masa kesesakan yang begitu menekan, bahkan ia mensejajarkan perkara yang ia hadapi sama peliknya seperti ketika Musa memimpin perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika problema yang menyesakkan mewarnai perjalanan hidup kita, di antaranya adalah:

(1). Menyadari bahwa Tuhan punya cara yang unik di dalam memerkenalkan diri-Nya.

Mazmur 77:11 (77-12) Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala.

Benar bahwa saat berada dalam keadaan sesak itu sungguh tidak menyenangkan. Tidak satupun dari kita yang mau seperti itu. Kita ingin hidup ini baik-baik saja, selalu sejahtera dan berjalan tanpa ada masalah. Tetapi siapapun kita, selalu saja ada saat-saat dimana kita harus berhadapan dengan berbagai bentuk masalah. Bahkan terkadang, belum lagi masalah yang satu beres, sudah muncul masalah berikutnya. Kekuatan iman kita akan sangat menentukan seberapa kuat kita bisa berjuang menghadapinya.

Pemazmur memberikan sebuah tips yang sangat baik untuk kita ingat saat sedang berada di tengah badai kehidupan. Pemazmur mengambil waktu untuk mengingat-ingat kembali bagaimana keajaiban-keajaiban yang pernah dilakukan Tuhan sebelumnya, bagaimana Tuhan menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya turun atas manusia. Jika kita fokus hanya pada kesesakan kita saja, maka kita akan segera kehilangan sukacita, bahkan iman kita pun akan merosot. Kekuatan apa yang bisa kita gunakan untuk menghadapi kesusahan kita.

(2). Menyadari bahwa Tuhan rindu untuk berjalan menyertai kita.

Mazmur 77:20 (77-21) Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun.

Kebaikan Tuhan membuat pemazmur Asaf percaya, bahwa Allah akan menuntun umat-Nya keluar dari kesusahan seperti di zaman Musa dan Harun. Perjalanan bangsa Israel pada waktu keluar dari perbudakan Mesir jelas bukan sesuatu hal yang mudah bagi Musa. Kesusahan Musa sudah dimulai sejak peristiwa semak belukar yang menyala namun tidak terbakar, dimana ia pertama kali diperintahkan Allah untuk pergi ke Mesir menghadap Firaun. Bukankah Musa sejak dari awal sudah menyatakan ketidaksanggupannya.

Musa menyangsikan dirinya, bahwa bagaimana mungkin ia dapat mengeluarkan bangsa Israel dari perbudakan, ia juga tidak yakin bahwa Firaun akan mendengarkan perkataannya, serta lagi pula ia juga seorang yang berat lidah dan tidak pandai bicara. Semua keberatan yang disampaikan Musa adalah hal yang sama yang seringkali kita hadapi ketika kita dipercayakan suatu tanggung jawab besar oleh Tuhan. Namun Sadarlah, bahwa Tuhan sangat mengetahui ketidakmampuan kita, itulah sebabnya Ia rindu berjalan menyertai dan mendampingi kita.

Mari umat Tuhan, segala kesusahan dan kesesakan yang dialami orang percaya sebetulnya bukan semata-mata karena beban yang terlampau berat yang dipikulkan kepadanya, namun disebabkan lebih kepada fokus pandangan yang lebih tertuju kepada kemampuan dirinya sendiri. Akan tetapi, ketika seseorang sadar bahwa ada pribadi Kristus yang siap untuk menyertai dan memberi kekuatan, maka ia akan dimampukan dan alami kelegaan. Selamat terkoneksi dengan Tuhan!

Tuhan Yesus memberkati!

Ketika Kesesakan Menekan (Pesan Gembala, 31 Mei 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-