Ketika Diri Merasa Diremehkan (Pesan Gembala, 29 November 2020)

KETIKA DIRI MERASA DIREMEHKAN

1 Samuel 17:28-32 (28) Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: “Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran.”

Hidup yang kita jalani ini kadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita menginginkan segala sesuatu berjalan dengan lancar, orang-orang yang kita jumpai adalah orang-orang yang selalu sejalan dan mengatakan hal-hal yang baik tentang kita, situasi yang dihadapi pun aman dan menyenangkan. Namun kenyataan sering bertolak belakang dengan apa yang diharapkan. Kita berjumpa dengan orang-orang yang bahkan merendahkan, menekan dan menganggap remeh diri kita.

Bagaimana rasanya apabila diremehkan? Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang mau diremehkan.

Daud sama sekali tidak mengetahui apa yang sesungguhnya
sedang terjadi di medan pertempuran ketika bangsa Filistin dengan bangsa Israel berhadap-hadapan di lembah Tarbantin. Ia datang ke lokasi hanya karena menuruti perintah ayahnya untuk membawa makanan serta untuk mengecek keadaan kakak-kakaknya yang adalah bagian dari ketentaraan Israel. Namun tiba-tiba hatinya terusik ketika melihat ada sosok Goliat sedang mengolok-olok pasukan Israel. Hal itu yang membuat ia ingin tahu lebih lanjut tentang Goliat.

Di tengah keingintahuannya, Daud bertanya-tanya kepada sejumlah orang yang ia jumpai dari pihak Israel, tanpa disangka-sangka berkatalah Eliab, kakak tertua Daud yang berada tidak jauh dari sana, dengan marahnya ia memertanyakan maksud buruk kedatangan Daud ke sana, sambil dilanjuti dengan serentetan kata-kata tuduhan dan hinaan terhadap Daud. Alangkah terkejutnya Daud mendengar hal itu. Ia menjelaskan bahwa ia hanya sekedar bertanya, tanpa ada maksud lain.

Rasanya siapapun akan terkejut apabila dicecar dengan kata-kata yang begitu meremehkan harga dirinya seperti yang dilontarkan Eliab terhadap Daud. Dalam peristiwa Daud di lembah Tarbantin ini ternyata tidak hanya Eliab yang meremehkan Daud. Ada Saul yang menyangsikan kemampuan Daud, dan kemudian diikuti Goliat. Seperti apa rasanya direndahkan banyak orang di dalam hidup ini? Apakah Daud kemudian menjadi marah dan terpukul atas semua yang ditujukan terhadap dirinya itu?

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tidak sedikit orang percaya yang menjadi lemah dan bereaksi salah ketika ada di dalam posisi diremehkan. Diremehkan ini bisa datang dari berbagai situasi. Entahkah ketika ada orang lain yang secara langsung merendahkan dirinya seperti Eliab terhadap Daud, atau merasa tidak berdaya di dalam menghadapi suatu keadaan, atau merasa diri kecil ketika membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Sumber peremehan pun bisa bermacam-macam, misal asal keturunan, bentuk fisik, kemampuan intelektual, status sosial ekonomi, dan sebagainya.

Melalui pesan-Nya ini, Tuhan mau meyakinkan setiap kita, baik orang dewasa maupun generasi muda, bahwa tidak ada alasan bagi kita di dalam Kristus untuk menjadi rendah diri, merasa tidak berdaya, merasa gagal, dan lain-lain, sehingga akibatnya sulit untuk melihat hal besar yang sudah dipersiapkan Tuhan di depan kita. Ingat akan visi Tuhan agar kita menjadi perabot untuk maksud yang mulia.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:

(1). Menyadari akan kelebihan yang Tuhan berikan, dibandingkan terpaku dengan kekurangan yang dimiliki.

1 Samuel 17:34 Tetapi Daud berkata kepada Saul: “Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, …

Setelah mengabaikan perkataan Eliab, keingintahuan Daud akhirnya membuat keberadaan dirinya terdengar oleh raja Saul yang kemudian memanggilnya. Begitu tahu bahwa Daud menawarkan diri untuk melawan Goliat, raja Saul langsung menyangsikan dirinya. Ia berkata bahwa mana mungkin Daud mampu melawan Goliat yang sudah demikian terlatih sebagai seorang prajurit sejak muda, apalah arti seorang Daud yang hanyalah seorang anak muda biasa yang dianggapnya tidak memiliki kemampuan apa-apa. Lagi-lagi Daud yang kecil “dikecilkan” oleh raja.

Umumnya, orang yang sering diremehkan oleh orang lain
akhirnya memercayai apa yang telah dikatakan oleh orang-orang tersebut tentang dirinya. Namun berbeda dengan Daud, perhatikan reaksi demi reaksi Daud setiap ada orang yang meremehkannya, ia tidak menanggapinya. Ketika raja Saul meragukan kemampuan dirinya untuk bertarung melawan Goliat, ia tidak menampik ucapan Saul, bahwa adalah betul ia tidak terlatih sebagai seorang prajurit seperti Goliat, namun ia memiliki sesuatu yang lebih baik. Daud balik meyakinkan Saul bahwa ia memiliki pengalaman yang tidak dimiliki oleh orang lain, yaitu bertarung melawan singa dan beruang atas pertolongan Tuhan. Luar biasa bukan?

(2). Menyadari bahwa peremukan (kecewa dan dikecewakan) itu
perlu, agar kita tahu bagaimana memacu diri.

1 Samuel 17:28 Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: “Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran.”

Di mata Eliab, kakaknya, Daud dianggap hanya seorang anak kecil yang sama sekali tidak diperhitungkan. Maklum pekerjaan Daud pada waktu itu hanyalah seorang penggembala kambing domba yang jumlahnya hanya 2-3 ekor. Ini berbeda dengan profesi seorang tentara yang jauh dianggap lebih bergengsi pada masa itu. Namun, sekalipun diremehkan demikian oleh Eliab, Daud tidak merasa kecewa dan tersinggung, lalu menyesali diri. Ia tidak membiarkan kekecewaan “mematikan” potensi di dalam dirinya.

Karakter “Eliab, Saul dan Goliat” yang sering meremehkan orang lain kadang diijinkan Tuhan untuk kita hadapi dengan tujuan menempa diri kita untuk tidak menjadi orang yang cepat berpuas diri di dalam kehidupan. Kekecewaan memang dapat melukai hati seseorang. Banyak orang yang akhirnya tidak mau maju lagi untuk mengejar prestasi karena memiliki kapasitas hati yang “kecil,” yang mudah kecewa, dendam, sakit hati lalu memilih untuk tidak mau mencoba lagi. Sebaliknya, jika seseorang memiliki kapasitas hati yang “besar,” maka kekecewaan, diremehkan, kegagalan dan lain-lain menjadi titik dimana ia akan memerbaiki diri, lalu bangkit kembali menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Mari jemaat Tuhan, melalui pesan-Nya ini, Tuhan sedang mengajarkan kita tentang sebuah fakta bahwa dunia dimana kita berada saat ini seringkali diwarnai dengan hal-hal yang mengecewakan dan menakutkan, namun alangkah bodohnya apabila kita bereaksi sama seperti orang-orang dunia pada umumnya yang mudah menjadi kecewa dan luka. Ingat, bukankah kita disiapkan untuk menjadi perabot untuk maksud yang mulia.

Tuhan Yesus memberkati!

Ketika Diri Merasa Diremehkan (Pesan Gembala, 29 November 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-