Kekuatan Kecil yang Menjadi Kekuatan Besar (Pesan Gembala, 28-04-2019)

KEKUATAN KECIL YANG MENJADI KEKUATAN BESAR

Kisah Para Rasul 1:15-16 (15) Pada hari-hari itu berdirilah Petrus di tengah-tengah saudara-saudara yang sedang berkumpul itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata: …

Peristiwa dalam perikop ini terjadi tidak lama setelah Yesus naik ke Sorga dan para murid sedang berkumpul menanti-nantikan penggenapan janji Allah sebagaimana yang Yesus katakan sebelumnya di ayat 4 bahwa Ia melarang murid-murid meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa bahwa mereka kelak akan dibaptis dengan Roh Kudus.

Maka sekembali murid-murid dari bukit Zaitun, tempat dimana Yesus terangkat ke Sorga, tinggallah mereka berkumpul di sebuah ruang atas, tempat mereka menumpang di Yerusalem. Disana mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama. Jumlah mereka yang berkumpul hingga sampai hari dicurahkannya Roh Kudus atas mereka adalah seratus dua puluh orang.

Sejak peristiwa Pentakosta tersebut, keseratus dua puluh murid-murid yang berkumpul tersebut mengalami kepenuhan Roh Kudus dan berbicara dalam bahasa yang lain, seperti yang diberikan oleh Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya. Dan dari situlah kemudian mereka semua bergerak dengan berani menjadi saksi tentang Yesus Kristus disertai dengan tanda-tanda menyertai. Mereka bagaikan sebuah kekuatan besar yang tidak tertahankan. Hal ini berbeda sekali dengan kondisi mereka sebelum peristiwa Pentakosta.

Melihat fakta yang terjadi, sungguh ini merupakan sebuah hal yang sangat kontradiktif. Kita akan mendapatkan dua hal yang memiliki makna yang bertolak belakang, yaitu “perkara kecil” dan “kekuatan besar.” Bagaimana mungkin sebuah hal kecil dapat menghasilkan sebuah kekuatan yang demikian besar? Bukankah pengertian yang selama ini dipahami banyak orang adalah perkara yang besar hanya dihasilkan dari hal-hal yang besar pula. Namun tidak bagi para murid Yesus ini. Jumlah mereka yang relatif tidak banyak ini ternyata menghasilkan kekuatan yang besar.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Kata kuncinya adalah “seratus dua puluh orang.” Bukan sebuah kebetulan kalau dalam dua minggu terakhir ini Tuhan menyampaikan pesan-Nya dari sebuah kisah dan perikop yang sama di Kisah Para Rasul 1. Bukan semata-mata bertepatan dengan hari Paskah dan Kenaikan Yesus, namun Tuhan ingin kita memahami sesuatu hal dari kisah ini. Tuhan mau kita memahami bahwa jangan memandang diri kita kecil atau jumlah yang sedikit, maka kita merasa tidak dapat melakukan sesuatu yang besar. Sesuatu yang kecil, ketika dilakukan dengan benar dan diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi, maka akan menghasilkan perkara-perkara yang besar.

Prinsip ini bukan hanya berbicara tentang orang-orang percaya yang berkumpul di gereja saja, tetapi hal yang sama juga berlaku bagi kehidupan keluarga dan rumah tangga orang-orang percaya. Sesuatu yang kecil dan berjumlah sedikit di dalam keluarga pun dapat menjadi suatu perkara yang dahsyat.

Faktor apa saja yang dapat mengubah sesuatu yang kecil menjadi perkara yang besar?
(1). Keputusan untuk mau bertekun bersama-sama

Kis. 1:14 Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, …

Ternyata kata “bertekun” tidak sesederhana yang biasa kita kira. Bertekun itu bukan sekedar melakukan bersama-sama suatu aktifitas dalam jangka waktu tertentu tanpa henti. Bertekun (Yun. Proskartereo) adalah tindakan berani mengesampingkan kenyamanan, kehidupan pribadi masing-masing dan berkata kepada satu dengan yang lain, “Aku akan menyerahkan segenap diriku, untuk masuk dan melakukan apa saja yang Tuhan akan lakukan, dan aku tidak akan berhenti sebelum Tuhan menyatakannya.” Dan untuk dapat melakukan hal ini, seseorang harus paham terlebih dahulu dengan apa yang menjadi maksud Tuhan.

Tidaklah mudah bagi murid-murid Kristus untuk mengambil keputusan untuk bertekun bersama-sama menantikan janji Tuhan. Jumlah seratus dua puluh orang itu bukanlah jumlah awal murid-murid berkumpul, melainkan sisa jumlah dari sekian banyak murid-murid Kristus yang sebelumnya memutuskan untuk berkumpul bersama-sama dalam menantikan janji dari Tuhan, dimana hari lepas hari jumlah tersebut mungkin telah berkurang satu demi satu. Itulah sebabnya, kata bertekun tidak bisa dilepaskan dari kata “melakukan dengan setia karena percaya.”

(2). Keputusan untuk mau bersehati melakukannya

Kis. 1:14 Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, …

Bertekun mengandung makna melakukan sesuatu dengan gigih, sampai memperoleh apa yang dinantikan. Namun ketika ketekunan dilakukan secara bersama-sama, apakah masing-masing pribadi sudah pasti memiliki kesepakatan dalam menantikan hal yang sama? Ternyata, secara tampilan luar orang bisa saja terlihat sedang bertekun bersama-sama dalam melakukan suatu aktifitas, namun untuk tercapainya sebuah hasil yang sama dibutuhkan kesehatian.

Ternyata untuk murid-murid pada waktu itu bisa menerima apa yang dijanjikan Tuhan, ternyata sebelumnya mereka memutuskan untuk bersehati terlebih dahulu. Bersehati dengan siapa? Pertama, bersehati dengan Tuhan. Yaitu memahami apa yang Tuhan perintahkan dan mengerti apa yang akan Tuhan akan lakukan kepada para murid ketika janji digenapi. Lalu selanjutnya mereka memutuskan untuk bersehati dengan semua murid lainnya untuk melakukannya secara korporat. Bersehati memiliki makna ikut menanggung beban yang sama, bukan hanya sekedar menonton dari jauh.

Mari jemaat Tuhan, ternyata bertekun dan bersehati itu bukanlah perkara yang mudah, namun juga bukanlah sesuatu yang tidak bisa dilakukan. Seratus dua puluh murid telah membuktikannya, dan melalui mereka, yang secara jumlah relatif tidak banyak, namun ketika Tuhan melawatnya mereka menjadi suatu kekuatan yang luar biasa. Demikian halnya dengan kita dan keluarga kita, Tuhan juga bisa melakukan hal yang besar melaluinya. Selamat bertekun dan bersehati!

Tuhan Yesus memberkati!

Kekuatan Kecil yang Menjadi Kekuatan Besar (Pesan Gembala, 28-04-2019)

| Warta Jemaat |
About The Author
-