Hati yang Menjadi Surut (Pesan Gembala, 23 Februari 2020)

HATI YANG MENJADI SURUT
 
Mazmur 78:1-9 (9) Bani Efraim, pemanah-pemanah yang bersenjata lengkap, berbalik pada hari pertempuran; 
 
Pemazmur Asaf memanggil Israel untuk mendengarkan pengajarannya dan terus mengajarkannya kepada generasi yang akan datang. Hal ini dikehendaki Tuhan agar Israel dapat memercayai Dia dan mematuhi perintah-perintah yang diberikan-Nya, sehingga Israel tidak perlu jatuh ke dalam ketidakpercayaan dan pemberontakan seperti nenek moyang mereka. Bukankah pemberontakan-pemberontakan telah mewarnai sejarah perjalanan bangsa Israel bersama dengan Tuhan, sejak mereka berada di padang gurun. 
 
Mazmur ini merupakan catatan yang luar biasa dari generasi ke generasi, yang mengarahkan telinga dan mulut Israel kepada ajaran- ajaran Tuhan. Dalam mazmur ini Israel diingatkan untuk mempertahankan hukum Tuhan, tidak melupakan perbuatan-Nya, dan tidak memberontak terhadap-Nya. Mereka diperingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan nenek moyang mereka yang telah memberontak dan mengeraskan hati di padang gurun, sehingga Allah membinasakan mereka.
 
Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa kegagalan sejarah Israel yang diwarnai dengan pemberontakan nenek moyang mereka disebabkan karena gagalnya mereka untuk setia mendengar ajaran yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya, dan mengabaikan sejarah yang dahsyat dalam perjalanan hidup mereka. Ikatan perjanjian Tuhan dengan umat-Nya penting dihayati oleh semua umat turun-temurun, dari generasi ke generasi. 
 
Umat Tuhan dewasa ini harus memerhatikan pencariannya akan Tuhan dengan cermat karena banyak gereja dan orang percaya telah kehilangan kehadiran dan kuasa Tuhan karena ketidakpercayaan dan ketidaktaatan kepada firman-Nya. Gagalnya menjadikan standar dan pengalaman Alkitab sebagai landasan untuk kebenaran dan dalam berperilaku, akan berakibat munculnya angkatan yang biasa-biasa saja yang akan mengikuti jalan mereka sendiri. 
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan  memeringatkan kita bahwa akan ada angkatan di depan kita yang menjadi surut rasa pencariannya atau kehilangan rasa lapar dan hausnya untuk bersekutu dengan Tuhan, sekaligus keengganan hati untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan.
 
Penyebab terjadinya hal-hal tersebut kerap disebabkan oleh angkatan pendahulu yang gagal untuk memberikan contoh yang benar akan pentingnya menjalin persekutuan karib dengan Tuhan. Bahkan mereka tidak segan-segan memerlihatkan cara-cara berperilaku yang tidak Alkitabiah dan gagal menerapkan kebenaran Kristus sebagai satu-satunya sumber dan landasan kehidupan. 
 
Berbaliknya atau surutnya hati bani Efraim, pemanah-pemanah handal yang bersenjata lengkap di hari pertempuran, jelas merupakan kegagalan bangsa Israel dalam mempersiapkan angkatan selanjutnya yang memiliki potensi yang luar biasa. 
 
Beberapa hal yang harus kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah: 
(1). Pentingnya menceritakan kembali pengalaman kita bersama Tuhan.
 
Maz. 78:4 kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya. 
 
Keluarga yang sehat adalah keluarga yang pihak orangtuanya suka bercerita kepada anak-anaknya. Kebiasaan bercerita memang adalah sebuah kebiasaan yang sangat baik. Ada banyak hal positif yang dibangun melalui kebiasaan orangtua yang bercerita. Namun ingat, bukan hanya sekedar bercerita tentang kisah tokoh-tokoh umum ataupun cerita pengalaman masa lalu mereka, namun bercerita tentang pengalaman yang mereka peroleh ketika mereka berjalan dan bersekutu dengan Tuhan yang luar biasa. 
 
Setiap pengalaman indah bersama Tuhan yang diceritakan kembali oleh sang orangtua dapat mengilhami dan menginspirasi si anak untuk terbawa bergairah untuk rindu mengalaminya juga. Semakin sering si anak mendengarnya, maka hal itu akan mengilhaminya untuk merubah cara hidupnya menjadi lebih baik di hari esok. Namun kunci agar para orangtua dapat melakukannya, maka tidak ada pilihan selain mereka memulai untuk membangun persekutuan intim dengan Tuhan. Setiap persekutuan intim pasti akan menghasilkan perkara-perkara luar biasa, yang kemudian dapat diceritakan kembali kepada sang anak. 
 
(2). Pentingnya menghidupi nilai-nilai kebenaran ke dalam kehidupan nyata. 
 
Maz. 78:8 dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah. 
 
Teladan adalah bagian terpenting dalam proses pendidikan anak. Ada istilah “Like father, like son” atau ungkapan “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, sekalipun tidak seluruhnya benar, namun sebagian besar akan melihat kebenaran dari ungkapan tersebut. Mengapa begitu? Kunci jawabannya terletak pada role model atau yang sering disebut sebagai keteladanan. Di sinilah peranan orangtua menjadi sangat penting karena turut menentukan warna kepribadian anak-anaknya. 
 
Hari ini, gagalnya generasi muda dalam mengaplikasikan nilai-nilai kebenaran sejati di dalam hidupnya tidak dapat dilepaskan dari gagalnya para orangtua menghidupinya nilai Kerajaan Sorga ke dalam kehidupan nyata mereka. Pelajaran yang paling mudah diserap anak-anak dari orangtuanya bukan sekedar mendengarkan nasihat apa yang diperkatakan orangtua kepada mereka, melainkan perbuatan apa yang dilakukan orangtua di hadapan mereka. Gagalnya generasi muda Israel pada waktu itu disebabkan karena angkatan pendahulu yang tidak setia jiwanya kepada Tuhan. 
 
Mari jemaat Tuhan, tanggung jawab kita kepada Tuhan bukan semata-mata perbuatan apa yang kita lakukan di hadapan Tuhan, namun apakah kita turut memersiapkan generasi penerus agar menjadi orang-orang muda yang cakap, berpengaruh dan cinta akan Tuhan. Selamat memersiapkan! 
 
Tuhan Yesus memberkati! 
 

Hati yang Menjadi Surut (Pesan Gembala, 23 Februari 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-