Hasilkan Buah di Setiap Kondisi! (Pesan Gembala, 3 Mei 2020)

HASILKAN BUAH DI SETIAP KONDISI!

Kejadian 41:50-54 (52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: “Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku.”

Peristiwa ini terjadi ketika Yusuf menginjak usia yang ketiga puluh tahun. Kala itu Yusuf sudah diangkat menjadi penguasa atas seluruh Mesir. Ia bertanggung jawab jawab atas seluruh hasil bahan makanan di Mesir, dimana ia harus mengelilingi kota demi kota untuk mengumpulkan bahan makanan di lumbung-lumbung kota sebelum datang masa tujuh tahun kekurangan.

Sebelum datang masa kelaparan, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki dari seorang wanita, anak imam di On. Kepada anak yang pertama, Yusuf memeberi nama Manasye, yang artinya “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.” Dan kepada anaknya yang kedua, diberinya nama Efraim, yang berarti “Allah telah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku” atau “Allah telah membuat aku berbuah-buah di masa kesengsaraanku.” (NKJV: “for God had made me fruitful in the land of my affliction”).

Nama-nama tersebut adalah nama-nama yang memiliki makna yang dalam. Nama yang sekaligus menggambarkan kondisi yang dilalui Yusuf sejak dari rumah ayahnya hingga menjadi penguasa di Mesir. Nama yang sebenarnya mengungkapkan rahasia keberhasilan Yusuf sehingga dapat mencapai kondisi seperti yang ia capai saat itu. Artinya, Yusuf telah membuktikan bahwa dalam keadaan yang sangat sulit sekalipun ia tetap mampu menghasilkan buah.

Tidak sedikit orang memiliki anggapan yang kurang tepat tentang makna berbuah. Bahwa berbuah itu baru dapat dilakukan setelah mereka telah selesai melewati masa pergumulannya. Atau berbuah di dalam pemikiran banyak orang juga seringkali dipahami sebagai kewajiban untuk menghasilkan atau memberikan sesuatu kepada orang lain, khususnya dalam bentuk materi. Sehingga anggapan itu seringkali membuat orang-orang enggan untuk memikirkan bahwa ia harus berbuah, karena merasa pergumulannya belum selesai.

Berbuah artinya, sesuatu yang dihasilkan akibat dari hubungan persekutuan yang baik antara orang percaya dengan Tuhan, dimana Tuhan digambarkan sebagai pokok anggur dan kita orang percaya sebagai carang-carangnya. Ketika carang dan pokok anggur terhubung dengan baik, maka ada buah yang baik pula yang keluar yang dapat dirasakan banyak orang. Dan buah hasil dari keterhubungan tersebut akan melahirkan gaya hidup yang memuliakan Tuhan, seperti yang dihasilkan Yusuf.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan mau kita menghasilkan buah di tengah kondisi apapun, termasuk kondisi saat ini ataupun di tengah-tengah pergumulan apapun yang mungkin sedang kita hadapi. Jangan berkata tidak bisa, atau tidak mampu, atau tidak mau, karena apabila kita paham perintah untuk berbuah-buah di masa sekarang adalah merupakan cara Tuhan untuk memersiapkan kita untuk sebuah perkara besar di depan sana.

Dibuangnya Yusuf ke sumur, lalu dijual sebagai budak kepada pedagang Midian, dibeli Potifar, bekerja di rumahnya, di fitnah lalu penjara dan seterusnya, semua itu untuk membawa Yusuf kepada penggenapan rencana Tuhan yang sesungguhnya. Bukan semata-mata menjadi penguasa atas Mesir saja, melainkan untuk memersiapkan kelangsungan hidup sebuah bangsa pilihan Tuhan, yaitu Israel.

Beberapa prinsip berbuah-buah yang harus kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:
(1). Berbuah-buah artinya mau memangkas bagian-bagian yang tidak dibutuhkan

Kej. 41:51 Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.”

Ingat bahwa Yusuf memiliki dua orang anak. Yang pertama diberi nama Manasye, yang artinya: “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.” Kita tahu bahwa cara Yusuf menamai kedua anaknya adalah berdasarkan pengalamannya ketika ia dalam perjuangan yang tidak mudah dari sejak dilempar ke dalam sumur kering. Kunci pertama yang ia lakukan, untuk kemudian bisa sampai hidup berbuah-buah adalah mau melupakan sama sekali kesukarannya dan kepada rumah bapanya. Apakah maksudnya?

Sebelum Yusuf menjalani kehidupan yang berbuah-buah, ia harus terlebih dahulu melupakan segala kesukaran dan kepahitan masa lalunya. Kata “melupakan” (Ibr. nashah) memiliki makna sengaja untuk tidak mau mengingat-ingat lagi atau men-delete semuanya.
Terbukti ketika suatu hari Yusuf bertemu dengan kakak-kakaknya pada waktu ia sudah menjadi penguasa di Mesir, ia memerlakukan kakak-kakaknya dengan baik. Tidak ada dendam sama sekali.
Apabila kita mau tajam di dalam Tuhan dan menangkap rencana Tuhan, kita harus rela buang semua yang tidak membangun kehidupan kita.

(2). Berbuah-buah artinya mau membangun kedalaman bersama Tuhan

1 Kej. 41:52 Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: “Allah membuat aku mendapat anak (=berbuah-buah) dalam negeri kesengsaraanku.”

Firman Tuhan menggambarkan orang percaya seperti pohon korma yang tertanam dan seperti pohon aras yang bertunas di Libanon. Ini bukan sekedar kiasan, kalau kita pelajari lebih dalam maka benarlah bahwa pohon-pohon ini biasa tumbuh di daerah-daerah dengan suhu yang boleh dikatakan ekstrim (bisa sangat dingin atau sangat panas). Namun istimewanya, pohon-pohon ini bisa terus bertumbuh dengan baik. Bahkan pohon korma akan terus menghasilkan buahnya.

Yang menarik, pohon korma pada waktu mula-mula ditanam sepertinya lambat untuk bertunas. Ternyata daripada memilih untuk tumbuh ke atas, ia tumbuh ke arah bawah terlebih dahulu. Tujuannya untuk mencari sumber air untuk kekuatan akarnya.
Ini berbicara tentang membangun kedalaman bersama Tuhan.
Demikian pula Yusuf, satu-satunya yang ia percayai, yang selalu memberinya kekuatan dan penghiburan di kala susah adalah hubungannya dengan Tuhan dan rencana-Nya, yang suatu kali akan menjadikan dirinya seorang penguasa. Keterhubungan dengan Tuhan inilah yang menjadikan Yusuf mampu melewati berbagai kondisi terburuknya.

Mari jemaat Tuhan, ketika Tuhan melalui pesan-Nya ini mengatakan pentingnya kita berbuah-buah di setiap keadaan, janganlah dipandang sebagai sesuatu yang memberatkan. Ia mau kita melakukannya demi untuk kebaikan kita sendiri. Berbuah-buah di setiap kondisi sebetulnya sedang memudahkan Tuhan untuk membawa kita kepada penggenapan rencana Tuhan yang lebih besar di depan sana. Selamat berbuah-buah!

Tuhan Yesus memberkati!

 

Hasilkan Buah di Setiap Kondisi! (Pesan Gembala, 3 Mei 2020)

| Warta Jemaat |
About The Author
-