6 Mei 2018 – Tuhan Mencari Seseorang  Yang Berkapasitas Besar

1 Samuel 17:55-58 (55) Ketika Saul melihat Daud pergi menemui orang Filistin itu, berkatalah ia kepada Abner, panglima tentaranya: “Anak siapakah orang muda itu, Abner?” Jawab Abner: “Demi tuanku hidup, ya raja, sesungguhnya aku tidak tahu.” (56) Kemudian raja berkata: “Tanyakanlah, anak siapakah orang muda itu.”

Percakapan antara Saul dan Abner, panglima tentaranya ini terjadi ketika Daud baru saja membunuh Goliat. Sebuah pertempuran yang paling terkenal, sekaligus paling tidak seimbang, namun justru dimenangkan oleh Daud. Semua orang setuju dan melihat langsung apa yang dilakukan Daud kepada Goliat, bagaimana Daud memasukkan tangannya ke dalam kantungnya, lalu diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin itu, dan batu itu terbenam ke dalam dahinya, lalu terjerembablah ia dengan mukanya ke tanah.

Sejak saat itu pula “lampu sorot panggung” tertuju kepada Daud. Ia menjadi bintang. Semua tatapan mata, termasuk mata raja Saul, tertuju kepada sosok Daud, seorang anak muda dengan kapasitas besar. Itulah sebabnya, setelah peristiwa tersebut raja Saul bertanya kepada panglima tentaranya mengenai anak siapakah Daud tersebut. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak biasa, apalagi yang bertanya adalah seorang raja Israel. Sebenarnya ini adalah bentuk keheranan, kekaguman sekaligus pujian yang secara tidak langsung keluar dari mulut seorang raja terhadap sosok yang memiliki prestasi besar tersebut.

Dan benar saja, sejak saat itu hidup Daud berubah, seperti yang telah dijanjikan raja kepada orang yang bisa mengalahkan Goliat, yaitu diangkat menjadi menantu raja, dibebaskan dari pajak di Israel dan dianugerahkan kekayaan besar, demikianlah semua itu diterima Daud sebagai hadiah atas kemenangannya. Dan bukan itu saja, nama Daud pun selalu disanjung-sanjung oleh rakyat dari segenap kota di Israel, diperhitungkan sebagai orang yang telah mengalahkan musuh berlaksa-laksa. Bahkan di mata Tuhan, jalan Daud untuk menjadi seorang raja bagi bangsa Israel seakan-akan begitu dekat dengan kenyataan.

Sebenarnya inti dari kisah Daud ini bukanlah tentang berbagai hadiah yang diterima oleh Daud atas prestasi yang diraihnya, namun tentang Tuhan yang sedang mencari seseorang dengan kapasitas besar yang siap untuk sebuah tugas dan jabatan yang penting, sebagai kepanjangan tangan Tuhan di bumi. Dan tentunya Tuhan memiliki kriteria tertentu untuk tugas dan tanggung jawab tersebut.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Sebagaimana hukum kapasitas yang telah diajarkan melalui Alkitab, bahwa Tuhan tidak akan memakai seseorang melebihi kapasitasnya. Sejauh mana Tuhan memakai kita, tergantung dari seberapa besar kapasitas yang ada pada kita. Ini adalah prinsip hukum kapasitas, yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang juga terkait dengan prinsip Alkitab. Tuhan melihat banyak umat Tuhan yang rindu mengalami perubahan di dalam hidupnya, namun masih banyak yang merasa nyaman dengan kapasitas yang ada padanya. Padahal Tuhan hari-hari ini sedang mencari seorang dengan kapasitas yang besar untuk dipromosikan. 

Beberapa hal yang perlu kita tangkap dari kisah Daud agar kapasitas kita semakin besar, di antaranya adalah:

(1). Berani menanggung tugas dan tanggung jawab yang lebih besar

1 Sam.17:26 Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: “Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?”

Bagi Daud, bertempur melawan seorang yang berperawakan tinggi besar seperti Goliat adalah sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Meskipun ia memiliki pengalaman berkelahi melawan singa dan beruang ketika ia harus melindungi kambing dombanya. Daud bukanlah seorang yang tidak memiliki rasa takut, namun rasa takutnya seakan-akan hilang ketika melihat betapa Goliat mempermalukan pasukan Israel sedemikian rupa. Belum lagi mendengar penghargaan yang akan diberikan bagi siapa yang sanggup mengalahkan orang Filistin yang besar itu. Bukankah semua itu akan merubah kehidupannya.

Musuh yang besar dari keberanian adalah rasa takut. Hidup Daud tidak akan pernah berubah dan menjadi seorang yang diperhitungkan jika dia tidak berani mengambil kesempatan yang ada di hadapannya, yakni pergi menghadapi Goliat. Daud menjadikan situasi ini sebagai peluang, meskipun Goliat adalah seorang raksasa. Apabila kita tinggal di dalam Kristus dan Kristus tinggal di dalam kita, maka di dalam diri kita sudah ada kemampuan untuk melakukan sesuatu yang besar. Tetapi ada banyak hal yang kita anggap penghalang, sehingga potensi tersebut tidak berkembang.

(2). Berani menghadapi proses peremukan (kecewa dan dikecewakan)

1 Sam. 17:28 Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: “Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran.”

Di mata Eliab, kakaknya, Daud dianggap hanya seorang anak kecil yang sama sekali tidak diperhitungkan. Maklum pekerjaan Daud pada waktu itu hanyalah seorang gembala kambing domba yang jumlahnya hanya 2-3 ekor, bukan seorang serdadu, sebuah profesi yang dianggap rendah pada waktu itu. Berbeda sekali dengan seorang serdadu, profesi yang dianggap bergengsi pada masa itu. Namun, sekalipun Daud direndahkan oleh Eliab, ia tidak kecewa dan tersinggung. 

Jangan biarkan kekecewaan membunuh potensi kita. Kekecewaan memang dapat melukai hati kita. Banyak orang akhirnya tidak bisa berprestasi dan mencapai kesuksesan karena memiliki kapasitas hati yang kecil, yang mudah dikuasai kekecewaan, dendam, rasa sakit hati, ketersinggungan dan rasa rendah diri. Jika kapasitas hati kita besar maka kita dengan leluasa dapat mengembangkan kemampuan kita. Tetapi jika kapasitas hati kita kecil dan dipenuhi emosi negatif maka energi kita akhirnya habis hanya untuk mengurusi perkara-perkara negatif seperti kepahitan, merasa iri hati dan dengki. Akhirnya kita tidak memiliki kapasitas untuk mengembangkan kemampuan kita dan mengelola kesempatan yang ada di hadapan kita.

Mari jemaat Tuhan, hukum kapasitas yang Alkitab ajarkan adalah hukum yang sudah pasti, bahwa Tuhan akan memercayakan sesuatu pada seseorang sesuai dengan kapasitas yang ada pada orang itu. Apabila kapasitas yang ada pada orang tersebut kecil, maka sudah pasti kepadanya akan dipercayakan hal kecil, demikian sebaliknya. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain selain terus memperbesar kapasitas kita. 

Tuhan Yesus memberkati!

6 Mei 2018 – Tuhan Mencari Seseorang Yang Berkapasitas Besar

| Warta Jemaat |
About The Author
-