29 April 2018 – Miliki Ketangkasan Rohani (Spiritual Agility)

Kisah Para Rasul 16:4-12 (10) Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.
 
Ketangkasan berarti kemampuan seseorang untuk bergerak dengan cepat dan tepat dalam mengubah arah posisinya dengan lincah. Ketangkasan merupakan kombinasi kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi otot sesuai dengan kondisi yang dihadapi pada situasi tertentu tanpa kehilangan keseimbangan tubuhnya. Kegunaan ketangkasan sangat penting terutama bagi para atlet olah raga, baik beregu maupun perseorangan. Ketangkasan bukanlah kemampuan yang dimiliki sejak lahir, namun sesuatu yang harus dilatih dan dikembangkan. 
 
Salah satu faktor kekalahan yang kerap dialami banyak atlet olah raga adalah kurangnya faktor ketangkasan. Mungkin saja atlet itu memiliki nafas yang panjang, tenaga yang kuat, namun rendahnya ketangkasan dalam mengoordinasikan gerakan tubuh bisa membuat atlet tersebut mengalami mati langkah sehingga ia kehilangan angka. Seorang atlet bulutangkis seringkali mengalami kehilangan angka ketika ia kurang mampu bereaksi cepat dan tepat dalam mengantisipasi serangan lawan. Penyebabnya seringkali bukan karena ia kelelahan, namun karena kurang tangkas.
 
Dalam perjalanannya suatu kali dari kota ke kota bersama Silas, rasul Paulus tergerak hatinya untuk pergi memberitakan Injil ke wilayah Asia, namun entah mengapa Roh Kudus mencegah mereka ke sana. Lalu rasul Paulus kemudian mencoba pergi memberitakan Injil ke daerah Bitinia. Namun lagi-lagi Roh Kudus melarangnya untuk memasuki wilayah tersebut. Bagi kebanyakan orang percaya, hal ini seringkali dianggap sebagai pukulan telak yang menyurutkan hati untuk meneruskan langkahnya memberitakan Injil. Peringatan, larangan ataupun teguran seringkali menjadi faktor yang membuat seseorang memutuskan untuk menghentikan langkahnya.
 
Namun berbeda dengan rasul Paulus, dua kali mendapat penolakan dari Tuhan tidak membuatnya patah semangat. Ia tetap bersiaga, bersiap-siap menantikan perintah selanjutnya dari Tuhan. Dan terbukti, pada suatu malam tampaklah oleh rasul Paulus suatu penglihatan, ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya untuk menyeberang ke sana dan menolong mereka. Setelah rasul Paulus menerima penglihatan itu, segeralah ia pergi mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia. Betapa luar biasanya. 
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Orang yang sehat rohaninya bukan hanya memiliki kecerdasan rohani, namun juga memiliki ketangkasan rohani (spiritual agility), yaitu orang-orang yang memiliki kecepatan, ketepatan, kekuatan, kecepatan reaksi, fleksibilitas yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi pada situasi apapun tanpa kehilangan tujuan Tuhan. Bukan karena Rasul Paulus adalah seorang pengganguran yang tidak memiliki pekerjaan, melainkan ia seorang  yang sigap, siap siaga melakukan arahan Tuhan apa pun kondisinya. Banyak didapati orang-orang percaya yang terlalu lamban dalam bersikap dan bergerak menanggapi tuntunan Tuhan.
 
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan untuk menjadi pemercaya yang tangkas, di antaranya adalah:
(1). Melatih diri untuk selalu bergerak dalam sebuah penundukan kepada otoritas di atasnya
 
Kis.16:4 Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya.
 
Perjalanan pekabaran Injil yang dilakukan rasul Paulus dan Silas sebetulnya bukanlah sebuah perjalanan inisiatif sendiri yang mereka lakukan di waktu senggang. Namun mereka saat itu sedang dalam perjalanan menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya. Apa yang ia sampaikan kembali kepada jemaat-jemaat tentang pentingnya penundukan bukanlah sekedar perkataan kosong tentang pentingnya jemaat menuruti para rasul dan penatua, namun sebaliknya, ia sendiri sedang memraktekkan apa yang sedang ia ajarkan.
 
Seringkali orang menyangka bahwa rasul Paulus adalah seorang “single fighter” atau seorang “petarung tunggal” yang berjalan sendiri tanpa ada yang membawahinya sepanjang perjalanan pelayanannya. Ternyata anggapan ini salah. Perjalanan pelayanan rasul Paulus ternyata senantiasa ada dalam sebuah penundukan otoritas di atasnya, yaitu para rasul senior di Yerusalem, dimana ia sesekali datang ke Yerusalem untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukannya di hadapan para rasul senior. Penundukkan seseorang kepada otoritas di atasnya tidak lahir begitu saja, melainkan perlu dilatih sehingga menjadi tangkas.
 
(2). Melatih dirinya untuk terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus
 
Kis.16:6 Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia.
 
Ada satu hal yang menarik dalam perjalanan rasul Paulus di sini. Kalau kita perhatikan, sekian kali Roh Kudus mencegah dirinya pergi memberitakan Injil di beberapa tempat dan ia taat untuk tidak melakukannya. Lalu sekian kali pula Roh Kudus mengijinkan dirinya pergi ke suatu tempat, dan ia menaatinya tanpa sebuah keraguan dan pertanyaan apakah kali ini benar-benar dari Roh Kudus atau bukan. Mengapa bisa demikian? Karena rasul Paulus dari semula sudah terbiasa melatih dirinya terbuka terhadap pimpinan Tuhan melalui Roh Kudus,
 
Mungkin saja seorang percaya pada awalnya pernah mengalami “jatuh bangun” dalam mengenali mana suara Roh Kudus dan mana yang bukan. Namun ketajaman dalam mengenali suara Roh Kudus akan terbangun dengan sendirinya seiring dengan kerinduan orang tersebut untuk senantiasa melatih dirinya untuk terus mau membangun pergaulannya dengan Tuhan. Kepekaan seseorang terhadap perintah Tuhan tidak lahir begitu saja, melainkan perlu dilatih sehingga menjadi tangkas.
 
Mari jemaat Tuhan, tidaklah heran mengapa raaul Paulus selalu memberikan analogi seorang atlet dalam menjelaskan perjalanan pengiringannya kepada Tuhan. Tujuannya, bukan hanya sekedar menjelaskan tentang tujuan akhir sebuah pertandingan saja, melainkan juga untuk menjelaskan bahwa atlit yang bisa memenangkan pertandingan adalah atlit yang memiliki tingkat ketangkasan (agility level) yang prima. Selamat menjadi tangkas!
 
Tuhan Yesus memberkati!

29 April 2018 – Miliki Ketangkasan Rohani (Spiritual Agility)

| Warta Jemaat |
About The Author
-