28 Oktober 2018 – Menjaga Api Tetap Menyala

Imamat 6:8-13 (9)”Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya. 
 
Dari berbagai peraturan mengenai korban yang kita perhatikan di kitab Imamat kita melihat bahwa ada tiga pihak yang senantiasa terlibat di dalamnya, yaitu Tuhan, imam, dan orang Israel. Imam bertindak untuk dan atas nama orang Israel di hadapan Tuhan. Pada saat imam mengelola persembahan korban mewakili umat, ketentuan yang diberikan Tuhan sangat ketat (ayat 9-13), terutama tugasnya memastikan api dalam mezbah tetap menyala. 
 
Korban bakaran ialah korban yang sepenuhnya untuk Tuhan, jadi harus dipastikan kudus dan benar-benar semuanya untuk Tuhan. Api yang harus terus menerus menyala rupanya untuk memastikan seluruh korban tersebut terbakar habis untuk Tuhan. 
 
Api melambangkan kehidupan. Persembahan itu terdiri dari dua pihak dimana imam harus memberikan korban yang tak bercacat cela sehingga ada perkenanan Tuhan dimana Dia akan memberikan api-Nya pada korban bakaran tersebut. Imamat di pasal-pasal sebelumnya menjabarkan tentang korban bakaran untuk penghapusan dosa dan dari nats ini yang dapat diambil pengertiannya adalah korban itu tak boleh bercacat cela sehingga korbannya dapat diterima oleh Tuhan. 
 
Di dalam kehidupan kekristenan kita hendaknya kita harus selalu ada api Tuhan! Minta Tuhan sentuh kehidupan kita dengan api kasih-Nya senantiasa dan biarlah api itu terus menyala-nyala. 
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan mau setiap kita menjaga agar api Tuhan terus tetap menyala dalam kehidupan kita. Sebagai gereja-Nya, hidup kita tidak boleh berkompromi dengan dunia, manusia roh kita harus senantiasa terjaga peka. Kepekaan ini hanya didapat lewat kehidupan yang intim dengan Tuhan. Sebagai imamat yang rajani kita memiliki tugas dan bertanggung jawab untuk tetap menjaga api Tuhan tetap menyala dalam hidup setiap kita. 
 
Ada pertanyaan penting yang harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Pertanyaannya: adakah senantiasa api di atas mezbah hati kita? Sebab jikalau tidak, kita hanya akan menjadi orang Kristen yang biasa, dingin dan tidak peduli dengan apa yang Tuhan percayakan bagi gereja-Nya. Tidak ada kegairahan lagi untuk melakukan sesuatu bagi rencana yang Ia sudah siapkan bagi kita dan tidak ada semangat untuk menyembah intim dengan-Nya. Ini adalah sesuatu sangat berbahaya!
 
Beberapa hal yang harus kita perhatikan agar api di atas mezbah tetap menyala, di antaranya adalah:
 
(1). Bersedia mempersembahkan korban 
 
Im. 6:9 “Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya. 
 
Harun dan anak-anaknya berbicara mengenai jabatan “imam.” Siapakah yang dimaksudkan? Kita semua orang percaya dalam Kristus. Kita adalah imamat yang rajani (1 Pet. 2:9). Inilah hukum tentang Korban Bakaran yang harus dilakukan oleh imam. 
 
“Korban” berarti persembahan yang harus diberikan kepada Tuhan atau pemberian untuk menyatakan kesetiaan dan ketaatan. Tuhan Yesus adalah korban penebusan dosa kita, Dia telah mati di kayu salib untuk menggenapi firman Tuhan, sebagai korban yang sempurna yaitu kudus dan yang tak bercacat cela, tak serupa dengan dunia ini. Tuhan mau teladan yang Dia ajarkan kepada kita dilakukan, menjadi pelaksana firman-Nya. Dalam mengiring Tuhan pasti ada harga yang harus dibayar. Apa yang penting bagi kita selama ini, namun kita rela untuk mempersembahkannya kepada Tuhan adalah korban yang kita berikan kepada Tuhan. Adanya korbanlah yang membuat api di atas mezbah menyala senantiasa. 
 
(2). Bersedia membuang segala kekotoran 
 
Im. 6:11-12a (11) Kemudian haruslah ia menanggalkan pakaiannya dan mengenakan pakaian lain, lalu membawa abu itu keluar perkemahan ke suatu tempat yang tahir. (12) Api yang di atas mezbah itu harus dijaga supaya terus menyala, jangan dibiarkan padam. 
 
Kitab Imamat menekankan bahwa bangsa Israel harus memenuhi panggilan keimanan mereka dengan cara hidup suci secara rohani dan moral, terpisah dari bangsa-bangsa lainnya dan taat kepada Allah. 
 
Mezbah pembakaran ini harus dibersihkan dari abu. Imam haruslah keluar dari kemah pertemuan untuk membuang abu. Abu adalah lambang kehinaan, kedukaan, kenajisan, kekotoran, kesakitan, penyakit ataupun segala yang tidak berkenan. 
 
Jangan biarkan segala dosa dan kekejian menghalangi kita. Justru kita datang dan akui dihadapan Tuhan, lalu hiduplah dalam pertobatan. Semua sudah diselesaikan oleh Kristus di kayu salib, kita jangan mau lagi hidup di bawah penuduhan si iblis. Membiarkan semua kekotoran dan sakit hati itu dan menyimpannya sebagai sesuatu yang disayang-sayang akan menjadi alasan utama mengapa seseorang menjadi tidak berapi-api di ladang Tuhan. Ini adalah korban api yang harus dijaga, jangan biarkan “angin” dari luar memadamkannya. 
 
Mari jemaat Tuhan, tiga kali berturut-turut Tuhan memperingatkan para imam untuk menjaga api di atas mezbah untuk tetap menyala, menandakan bahwa ini merupakan sesuatu yang penting. Tanpa adanya api yang menyala di atas mezbah, maka tidak ada korban dan sesuatu yang harum yang dapat dipersembahkan di hadapan Tuhan. Jaga apimu tetap menyala! 
Tuhan Yesus memberkati! 

28 Oktober 2018 – Menjaga Api Tetap Menyala

| Warta Jemaat |
About The Author
-