27 Mei 2018 – Membangun Pengendalian Diri (Self Control)

1 Samuel 24:5-8 (8) Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul. Sementara itu Saul telah bangun meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya.
 
Ketika Saul mengetahui bahwa Daud yang dikejarnya telah berada di padang gurun En Gedi, maka segeralah ia bersama prajurit-prajuritnya pergi mendapatkan Daud. Saat tiba di sana, masuklah Saul ke dalam gua untuk membuang hajat sejenak. Ia tidak menyadari kalau Daud dan orang-orangnya berada di bagian belakang dari gua itu. Sebetulnya, hal itu merupakan kesempatan emas bagi Daud untuk membunuh orang yang selama ini ingin membinasakannya. Begitu pula orang-orangnya Daud mendorong pemimpinnya untuk segera melakukan pembalasan. 
 
Namun apa yang diputuskan oleh Daud? Di tengah kesempatan yang begitu luas terbuka dan sedikitnya waktu yang tersedia, Daud memutuskan untuk melepaskan Saul. Adalah tidak baik membunuh orang yang diurapi Tuhan, demikan alasan Daud. Betapa luar biasa keputusan Daud ini. Bukankah dengan membunuh Saul, maka peluang baginya untuk menjadi raja atas Israel segera digenapi? Namun Daud menyadari bahwa Tuhan memiliki cara yang lebih baik.
 
Apa yang sedang Daud tunjukkan sesungguhnya? Daud memeragakan sikap pengendalian diri yang baik. Kalau kita perhatikan, berbagai permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan manusia seringkali banyak diakibatkan oleh ketidakmampuannya dalam mengendalikan diri. Misalnya, murka, dendam, kebencian, mengambil hak milik orang lain (mencuri, merampok, korupsi), nafsu seks, fitnah, rakus dan lain-lain. Ini merupakan contoh perilaku yang timbul karena ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri (self control).
 
Orang yang rendah kemampuannya dalam mengontrol diri cenderung reaktif dan mudah terbawa hanyut ke dalam situasi yang sulit. Sedangkan orang yang cakap dalam mengendalikan diri cenderung proaktif, yaitu punya kesadaran cepat untuk memilih bertindak benar daripada meneruskan tindakannya yang kurang tepat. 
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan melihat ke dalam hidup kita orang percaya tentang perlunya membangun sikap pengendalian diri atau self control yang baik. Masih banyak ditemukan orang-orang percaya yang memilih bertindak dan bereaksi salah terlebih dahulu, baru kemudian berpikir dan menyesal kemudian. Dan masih banyak orang percaya yang lambat berbalik arah atau lambat untuk menghentikan laju kecepatannya ketika mengetahui bahwa apa yang sedang dikerjakannya adalah sesuatu yang kurang tepat. Pengendalian diri tidak datang dengan sendirinya namun melalui proses, yaitu belajar tunduk pada pimpinan Roh Kudus; yang tanpa-Nya mustahil kita dapat menguasai diri terhadap apapun.
 
Beberapa hal yang dapat membantu kita memiliki pengendalian diri yang lebih baik, di antaranya adalah:
(1). Menyadari siapa diri kita dan siapa yang seharusnya mengendalikan hidup kita
 
1 Sam. 24:11 Ketahuilah, pada hari ini matamu sendiri melihat, bahwa TUHAN sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itu; ada orang yang telah menyuruh aku membunuh engkau, tetapi aku merasa sayang kepadamu karena pikirku: Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.
 
Perkataan ini diucapkan Daud kepada raja Saul ketika raja Saul baru keluar dari dalam gua. Dibandingkan Saul yang adalah seorang raja Israel pada waktu itu, posisi Daud sangatlah tidak ada apa-apanya. Namun percakapan itu sesungguhnya telah menunjukkan “kelas” Daud dan siapa Daud sesungguhnya. Bayangkan, seorang raja atas sebuah bangsa yang besar beserta 3.000 orang prajuritnya begitu bernafsu mengejar-ngejar seorang pemuda untuk dibunuhnya dengan segala cara hanya karena rasa benci dan iri di dalam hatinya. Sedangkan Daud, seorang yang bukan siapa-siapa, telah memutuskan untuk mengampuni dan melepaskan Saul dari ujung pedangnya karena takutnya akan Tuhan dan tunduknya kepada firman..
 
Sesungguhnya dari percakapan ini saja, siapa pun akan dapat menilai moral apa yang selama ini dimiliki raja Saul dan moral apa yang dimiliki oleh Daud. Daud telah menunjukkan “kelasnya” sebagai seorang pemercaya sejati di hadapan Tuhan dan manusia. Saul boleh saja memiliki jabatan yang tinggi, namun sayangnya hidupnya dikendalikan oleh hawa nafsu rendah yang tidak dapat dikendalikannya. Sedangkan Daud, seorang dengan jabatan rendah (ayat 15), namun telah membuktikan bahwa hidupnya dikendalikan oleh Roh Allah dan kebenaran sejati. Terbukti bahwa siapa pun tidak dapat membujuknya untuk melakukan hal yang salah, yaitu membunuh Saul. Karena hidupnya dikendalikan dari “tempat yang Mahatinggi.”
 
(2). Menyadari bahwa kontrol diri yang kita lakukan berperan dalam pencapaian tujuan 
 
1 Sam. 24:21 Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan tetap kokoh dalam tanganmu.
 
Melihat keputusan bijak yang diambil Daud serta kebesaran hati yang dimilikinya sehingga ia mau melepaskan Saul dari tangannya, membuat Saul mengakui bahwa mentalitas yang demikian sangatlah tepat bagi seorang pemimpin dibandingkan dirinya, dan jabatan raja cepat atau lambat pasti akan diperoleh Daud.
 
Pengendalian diri menurut para pakar memang dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya. Hal ini dikarenakan seseorang yang mampu menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan diri atau orang lain akan lebih mudah fokus terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mampu memilih tindakan yang memberi manfaat, menunjukkan kematangan emosi dan tidak mudah terpengaruh oleh kebutuhan atau perbuatan yang menimbulkan kesenangan sesaat. Bila hal ini dimiliki seseorang, maka niscaya seseorang akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Belum lagi ditambah dengan adanya janji Tuhan yang dikandung di dalam dirinya.
 
Mari jemaat Tuhan, sepertinya sikap pengendalian diri ini terkesan biasa sehingga kerap diabaikan, namun ingat, dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya, maka setiap kita akan dapat menjadi pribadi yang lebih efektif, hidup lebih konstruktif dan dapat mengemban tanggung jawab yang Tuhan percayakan sebagai kendaraan-Nya dengan lebih baik. Selamat membangun pengendalian diri!
 
Tuhan Yesus memberkati!
ReplyReply AllForwardEdit as new
  •  

27 Mei 2018 – Membangun Pengendalian Diri (Self Control)

| Warta Jemaat |
About The Author
-