1 Korintus 9:24-27 (24) Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!

Setiap tahun perlombaan lari maraton diadakan di banyak tempat. Para pelari terbaik mengikuti perlombaan itu dengan satu tujuan – menang, sedangkan para peserta lainnya hanya turut meramaikan perlombaan. Bagi mereka, sekadar mencapai garis akhir saja sudah cukup membanggakan. Dalam Alkitab, pengiringan kepada Tuhan diumpamakan dengan mengikuti perlombaan. Rasul Paulus menyatakan hal ini sewaktu ia menulis suratnya yang pertama kepada jemaat Tuhan di Korintus zaman dahulu.

Paulus bukanlah seorang atlit di masa hidupnya. Sehari-hari setelah bertobat, ia dikatakan berprofesi sebagai pembuat kemah seperti yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 18:2-3. Namun, beberapa kali ia mengumpamakan bentuk kehidupan dirinya sebagai seorang pemercaya bagaikan seorang atlit yang berjuang mengukir prestasi dan mencapai kemenangan. To him, life is like a race. Baginya hidup bagaikan sebuah perlombaan. Layaknya perlombaan, tidak semua orang mampu mencapai garis akhir dan keluar sebagai pemenang. Situasi seperti itulah yang Paulus gunakan untuk mendeskripsikan kehidupan imannya.

Dalam suratnya kepada jemaat Korintus ia berkata: “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, … “ Kata “Tidak tahukah kamu” merujuk kepada sesuatu yang seharusnya kita pahami sejak semula. Karena dunia diibaratkan arena perlombaan, maka kita yang hidup di dalamnya haruslah menempatkan diri sebagai peserta perlombaan yang ingin menjadi juara, dan keluar sebagai pemenang, bukannya bersantai-santai tanpa tujuan, tidak membuang waktu sia-sia tanpa suatu tujuan akhir. Itulah natur sebuah perlombaan, oleh karena itu, berlarilah dengan begitu rupa agar kita bisa menjadi pemenang.

Selanjutnya Paulus berkata: “Karena itu larilah begitu rupa …” Berlari begitu rupa berbicara mengenai keseriusan kita untuk berlomba habis-habisan. Untuk itu tentu kita butuh banyak persiapan, baik dalam hal pola latihan, ketekunan, keseriusan, disiplin, pengorbanan, kegigihan dan sebagainya. Saat berlomba pun kita harus harus berjuang dengan sekuat tenaga, seserius mungkin, agar kita bisa mencapai hasil yang terbaik. Seperti halnya atlit di gelanggang olahraga, demikian pula kehidupan iman kita. Kita harus terus melatih diri beribadah seperti yang diingatkan dalam 1 Timotius 4:7, berusaha lebih dalam lagi dan lebih dekat lagi dengan Tuhan, rajin mencari Dia, mampu menguasai diri kita dari berbagai godaan kedagingan yang seringkali ditawarkan dengan kemasan begitu memikat, tekun mempelajari firman-Nya dan kemudian menjadi para pelakunya.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini, bahwa masih banyak didapati jemaat Tuhan yang tidak menyadari bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta harus turut berlari. Bukan karena mereka tidak tahu cara berlari, namun yang terjadi adalah mereka seolah-olah merasa sedang berlari padahal sesungguhnya mereka belum berlari seperti yang dikehendaki Tuhan, sehingga akhirnya, terlalu banyak enerji yang dikeluarkan, padahal sebenarnya mereka masih tetap berada di tempatnya semula.

Apa yang dimaksud dengan berlari namun tetap diam di tempat?
(1). Berseru-seru namun tidak bergerak

Keluaran 14:15-16 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering.

Kondisi bangsa Israel pada waktu itu sebetulnya baru saja keluar dari tanah Mesir setelah 430 tahun lamanya berada di dalam perbudakan. Firaun baru saja “mengijinkan” bangsa Israel keluar dari negerinya setelah tulah kesepuluh turun atas bangsa Mesir. Malam itu bangsa Israel keluar untuk pertama kalinya menuju Tanah Perjanjian. Belum lama mereka berjalan tibalah mereka di suatu tempat di tepi laut Teberau untuk berkemah. Namun alangkah terkejutnya mereka ketika mengetahui bahwa Firaun bersama pasukan keretanya sedang mengejar dari arah belakang. Maka Musa dan bangsa Israel berseru-seru ketakutan dan menangis kepada Tuhan. Bahkan, tidak sedikit yang mulai bersungut-sungut kepada Tuhan.

Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Musa dan bertanya mengapa ia dan bangsa Israel terus berseru-seru kepada Tuhan, mengapa tidak mulai bergerak untuk maju. Tuhan memerintahkan Musa untuk mulai menggunakan tongkatnya dan mengulurkannya ke atas laut agar orang Israel berjalan ke tengah-tengah laut. Bukankah ini yang sering dilakukan oleh umat Tuhan? Mereka kerap duduk diam dan berseru-seru kepada Tuhan, namun tidak menanyakan ke mana mereka harus bergerak. Bahkan, ketika diperintahkan untuk bergerak pun, acapkali masih belum mau mengambil tindakan apa-apa. Inilah yang seringkali membuat banyak orang percaya yang kehidupan rohaninya “tersusul” oleh pelari yang lainnya.

(2). Beraktifitas namun tidak bergerak maju

Ulangan 1:6-7 “TUHAN, Allah kita, telah berfirman kepada kita di Horeb, demikian: Telah cukup lama kamu tinggal di gunung ini. Majulah, berangkatlah, pergilah …

Setelah perjalanan panjang dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, tibalah bangsa Israel di sebuah tempat yang terletak tidak jauh dari tepian Sungai Yordan tepat di seberang Tanah Perjanjian untuk berkemah di sana. Pada kesempatan itu, Musa pun kembali mengucapkan perkataan-perkataan dari Tuhan sebagaimana yang pernah ia nyatakan kepada bangsa Israel selama dalam perjalanan. Telah cukup lama bangsa Israel berkemah di daerah Horeb, bahkan ada beberapa suku yang sengaja minta izin kepada Musa untuk dibiarkan tinggal di seberang Tanah Perjanjian saja. Berbagai aktifitas mereka lakukan di tanah tersebut hingga akhirnya Tuhan memerintahkan bangsa Israel lewat Musa untuk tidak berlama-lama di sana. Ada tujuan Tuhan yang harus mereka tempuh.

Seringkali kita tidak menyadari bahwa aktifitas rohani yang kita lakukan belumlah dikatakan sebagai langkah maju iman kita apabila tidak bergerak ke tempat yang dikehendaki oleh Tuhan. Seringkali banyak orang percaya yang terjebak dengan yang namanya aktifitas rohani. Melayani dari satu aktifitas ke aktifitas yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain. Bahkan tidak sedikit yang berputar dari satu persekutuan ke persekutuan yang lain. Bahkan tidak sedikit yang mengukur pencapaian pengiringannya dengan keberhasilan materi ataupun jabatan. Ini yang seringkali membuat banyak kehidupan rohani orang percaya “tersusul” oleh pelari yang berlari dengan pasti ke tujuan-Nya Tuhan.

Umat Tuhan, marilah kita memerhatikan pesan Tuhan bagi kita ini. Tuhan mau setiap kita tetap berlari, namun pastikan bahwa kita sedang berlari kepada tujuan yang dikehendaki Tuhan. Berseru-seru dan beraktifitas rohani saja ternyata belumlah dapat dipastikan bahwa seseorang sedang berlari kepada tujuan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati!

26 Juni 2016 – Tetap Berlari kepada Tujuan

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.