1 Sam. 13: 14 “Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu.”

Inilah perkataan nabi Samuel yang ditujukan kepada Saul ketika didapati bahwa Saul tidak melaksanakan apa yang Tuhan  perintahkan kepadanya. Sebetulnya Tuhan akan mengokohkan kerajaan Saul untuk selama-lamanya, namun perbuatan Saul pulalah yang membuat Tuhan akhirnya menunjuk Daud, seorang yang berkenan di mata Tuhan, untuk menggantikan posisi Saul sebagai raja atas Israel.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita, bahwa Tuhan mau kita belajar sesuatu dari kesalahan Saul, agar apa yang Saul alami tidak terulang lagi dalam kehidupan kita. Kita tahu bahwa akhir hidup Saul sangatlah tragis, dari seorang yang diangkat Tuhan tinggi-tinggi sebagai seorang pemimpin atas umat pilihan Tuhan, menjadi seorang yang mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak layak. Ingat, hari-hari ini Tuhan telah menetapkan kita sebagai pemimpin-pemimpin, dan Ia terus berbicara tentang bagaimana menjadi pemimpin yang berkenan kepada-Nya dengan tujuan ilahi agar apa yang sudah Ia tetapkan sejak semula tidak menjadi gagal karena perbuatan kita sendiri.

Beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kehidupan Saul antara lain:

(1). Memulai dengan roh dan mengakhiri dengan daging
1 Sam. 9: 17 Ketika Samuel melihat Saul, maka berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Inilah orang yang Kusebutkan kepadamu itu; orang ini akan memegang tampuk pemerintahan atas umat-Ku.”

Pemilihan Saul menjadi raja sejak dari awal sesungguhnya sudah melibatkan campur tangan Tuhan. Dari proses perjumpaan Saul dengan nabi Samuel semuanya terjadi karena Roh Allah terus menuntun dan berbicara kepada Samuel hingga akhirnya mereka dipertemukan. Saul tidak lama kemudian dituangkan minyak oleh Samuel tanda bahwa mulai sejak itu ia yang akan memegang tampuk pemerintahan atas umat Israel. Sejak saat itu pula, berkuasalah Roh Tuhan dalam hidup Saul.

Saul kemudian diperlengkapi dengan banyak sekali karunia pemberian Allah untuk menolongnya melayani Allah dan memimpin bangsa Israel dengan cara yang benar. Ia mengalami hati yang diubahkan Tuhan, diberikan kuasa oleh Roh Kudus, mempunyai tubuh yang kuat, sikap yang rendah hati, bahkan dianugerahkan karunia untuk bernubuat, dan lain-lain. Namun sekalipun sudah dilimpahkan Tuhan dengan perkara-perkara ilahi sedemikian rupa, oleh karena kebebalannya sendiri Saul gagal untuk tetap setia kepada Allah dan firman-Nya.

Suatu awal yang melibatkan kuasa Roh Kudus yang demikian luar biasa, sayangnya tidak dilanjuti dengan ketetapan untuk mau berjalan dalam pimpinan Roh Kudus yang sama. Berbeda dengan seorang Timotius yang selalu diingatkan oleh rasul Paulus, bapa rohaninya, untuk terus mengobarkan karunia Roh Kudus yang telah ia terima dari sejak awal melalui penumpangan tangan, tanggung jawab yang ia perolehpun didapat lewat nubuatan supaya ia terus memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni (1 Tim. 1: 18, 1 Tim. 4: 14). Artinya, Timotius selalu diingatkan bahwa apa yang ia peroleh dari awal adalah semua berasal dari Tuhan yang tidak boleh disia-siakan, bahkan harus terus dikobarkan dan diimpartasikan kembali untuk kemuliaan Allah Bapa. Itulah yang membuat Timotius kuat.

(2). Merasa tidak aman (insecure) meski ada di tempat aman.
1 Sam. 18: 7- 8 dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” ..perkataan itu menyebalkan hatinya,

Dari sejak awal pemerintahannya, fokus Saul ternyata bukan pada apa kata Tuhan yang seharusnya ia lakukan, tetapi lebih kepada apa kata orang-orang disekelilingnya tentang dirinya. Ia akan sangat mudah terpengaruh ketika ia mendengar apa kata orang tentang dirinya. Ketika hal-hal yang baik ia dengar, maka tenanglah ia, namun ketika hal-hal buruk yang ia dengar tentang dirinya, maka rasa tidak aman akan seketika muncul dari dalam dirinya. Dari situ Saul akan segera melakukan tindakan apapun demi untuk mengembalikan citra dirinya seperti yang ia kehendaki.

Penyebab semua itu adalah karena Saul tidak pernah menjadikan Tuhan sebagai kepala dalam hidupnya, akibatnya ia memandang segala sesuatu dengan cara pandang dirinya sendiri. Saul tidak pernah memikirkan dimana tabut Allah berada pada waktu itu, dan apa yang ia harus lakukan untuk membawa tabut Allah ke Yerusalem, tempat dimana ia memimpin pemerintahannya. Padahal kehadiran dan tuntunan Allah adalah seharusnya merupakan hal yang penting melebihi apapun.

Akibat dari hal tersebut, akhirnya inilah yang membuat banyak orang akhirnya sibuk menjaga imagenya sendiri dari pada membawa image Kristus kepada sekelilingnya.

(3). Mengejar suara Tuhan daripada mengikuti suara Tuhan
1 Sam. 28: 7 Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: “Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.”

Peristiwa di atas terjadi ketika Tuhan sudah tidak berbicara lagi kepada Saul. Akibatnya, Saul memutuskan untuk memanggil arwah. Tindakan Saul tersebut seolah-olah memperlihatkan bahwa ia adalah seorang yang selalu membutuhkan petunjuk Tuhan untuk dilakukan. Apakah benar demikian? Apakah dengan usaha Saul mencari “suara Tuhan” sudah pasti Saul akan melakukan petunjuk Tuhan? Ternyata tidak. Dari pengalaman- pengalaman sebelumnya didapati bahwa Tuhan sudah banyak sekali berbicara kepada Saul melalui nabi Samuel. Masalahnya ternyata bukan karena Tuhan tidak bicara pada Saul, melainkan karena Saul yang tidak mau taat melakukan apa yang Tuhan katakan. Hal ini pula yang ternyata masih menjadi masalah bagi banyak orang percaya, senang mendengar namun kurang suka untuk melakukan.

Lewat pesan Tuhan ini, Tuhan sedang mengajarkan kita tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang mengawali dan menyelesaikan suatu pertandingan dengan baik. Saul merupakan contoh seorang yang tidak mengakhirinya dengan baik, ia menjadi gagal ketika mulai menjadikan yang terutama sebagai bukan yang terutama lagi. Pemimpin yang baik adalah seorang pengikut Kristus yang baik pula (Good leader is a good follower of Christ).

Tuhan Yesus memberkati!

18 Mar 2012 – Pribadi yang Berkenan (Dipilih menjadi pemimpin bag. ke-7)

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.