16 September 2018 – Dewasa Dalam Kristus

1 Korintus 3:1-9 (4) Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain berkata: “Aku dari golongan Apolos,” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
 
Kita tentu setuju dengan pendapat yang berkata bahwa, “kesaksian yang paling efektif dari seorang pemercaya Kristus adalah kehidupan nyata orang itu sendiri.” Hidup seseorang yang telah diubahkan karena kasih dan kuasa Kristus berbicara jauh lebih “keras” daripada ribuan kata-kata pujian yang keluar dari mulut orang itu sendiri. Jadi, hidup orang percaya yang telah diubahkan adalah “senjata” yang ampuh untuk menyentuh hati orang-orang di sekelilingnya, termasuk mereka yang belum diselamatkan tentunya. 
 
Di dalam surat 2 Kor. 3 rasul Paulus suatu hari menyatakan pujiannya untuk jemaat Korintus, dari pernyataan rasul Paulus tersebut, sangat nyata bahwa jemaat di Korintus disebutnya sebagai “surat pujian” (letter of recommendation). Kita tahu pengertian surat rekomendasi pada prinsipnya menunjuk suatu sikap “dukungan” atau “persetujuan” (endorsement) dan “pujian” kepada seseorang dengan tujuan agar dia dapat dikenal oleh publik secara positif. Itu sebabnya rasul Paulus menyatakan bahwa jemaat Korintus sebagai surat pujian yang tertulis dalam hatinya, yang dikenal dan dapat dibaca oleh semua orang. 
Dalam arti kata lain, kehidupan Kristus dinyatakan melalui kehidupan jemaat di Korintus.
 
Saat ini kita juga bisa menjadi surat pujian manakala kita secara nyata menghadirkan dan menyatakan Kristus di tengah-tengah persekutuan dan kehidupan sesama. Jadi makna menjadi surat Kristus adalah ketika kita menebarkan benih-benih kasih, persatuan, penghargaan, perdamaian, dan pengampunan; bukan sebaliknya menggunakan persekutuan dan pelayanan gerejawi justru untuk menebarkan benih-benih perpecahan, keunggulan kelompok, kebencian, ketidaktundukkan kepada otoritas, dan lain-lain.
 
Jauh hari sebelum rasul Paulus menjulukinya sebagai surat pujian, jemaat Korintus pernah memiliki banyak persoalan, yaitu ketidakdewasaan dalam rohani (ay. 1), sehingga sulit bagi rasul Paulus untuk berbicara kepada mereka seperti dengan manusia rohani. Hanya “susulah” yang bisa ia berikan kepada jemaat Korintus pada waktu itu (ay. 2). Penyebab semua itu ternyata karena masih adanya iri hati dan perselisihan satu dengan yang lain (ay. 3). Belum lagi  persaingan di antara para pemercaya, dimana yang satu memihak kepada Apolos dan yang lain memihak kepada Paulus (ay. 4), dan lain-lain.
 
Inilah pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan mau setiap kita orang percaya terus bertumbuh dan mengalami kedewasaan dalam Kristus. Sesungguhnya banyak hal yang Tuhan akan percayakan kepada setiap pribadi yang dewasa di dalam Dia. Bayangkan, hal penting apa yang akan kita percayakan kepada seorang anak kecil? Tidak banyak bukan? Dan bukan itu saja, dewasa dalam bersikap sama artinya dengan membawa kabar baik tentang Kristus, dan untuk itu, semua harus dimulai dari kehidupan diri kita sendiri.
 
Beberapa langkah yang perlu kita lakukan untuk menjadi dewasa dalam Kristus, di antaranya adalah:
(1). Berkeputusan untuk meninggalkan dosa (depart from sin)
 
1 Kor. 3:3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?
 
Rasul Paulus menggunakan istilah “manusia rohani” untuk menjelaskan pemercaya Kristus yang dewasa dalam iman, dimana di dalamnya berdiam Roh Kudus, dan telah melakukan kemajuan yang sangat nyata di dalam hal mengatasi keinginan dosa. Dalam suratnya ini rasul Paulus menunjukkan bahwa ada satu tipe manusia yang memiliki sikap yang bertolak belakang dengan “manusia rohani” tadi, namun bukan “manusia nonpemercaya”, melainkan disebut “manusia duniawi.” Seperti apakah tipe “manusia duniawi” ini? Ternyata tope ini adalah manusia pemercaya Kristus yang masih sangat muda rohani.
 
Muda rohani bukan karena mereka adalah pemercaya baru, melainkan pemercaya lama yang nyaman dengan keberadaan mereka yang menikmati statusnya sebagai bayi yang ingin selalu diberi makanan lunak, yang minta selalu diperhatikan dan tidak menyukai makanan keras. Mereka lebih tepatnya disebut “baby in faith” atau “pribadi yang memiliki iman bayi.” Bukannya bertumbuh secara rohani, mereka malah kuat di dalam kedagingan. Paulus menyebutnya sebagai pemercaya yang masih di bawah pengaruh dosa yang kuat. Cirinya adalah masih adanya iri hati, perselisihan dan pengelompokan di antara jemaat. Langkah pertama menjadi seorang “manusia rohani” yang dewasa adalah segera berkeputusan untuk meninggalkan dosa-dosa tersebut.
 
(2). Berkeputusan untuk mendekat dan berfokus pada Tuhan (focus on God)
 
1 Kor. 3:5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.
 
Rasul Paulus melihat bahwa fokus pandangan jemaat Korintus pada waktu itu telah banyak mengalami pergeseran. Banyak pandangan yang lebih tertuju kepada kekuatan manusia atau kehebatan para pengajar. Namun melalui suratnya ini ia bermaksud untuk mengembalikan fokus pandangan mata pemercaya dari para pengajar kepada Kristus. Itulah sebabnya dalam ayat di atas rasul Paulus bertanya kepada jemaat Korintus dengan pertanyaan “Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus?” dengan tujuan mengingatkan pemercaya akan peran dan fungsi mereka sebagai pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya mereka menjadi percaya.
 
Bahwa para pengajar-pengajar tersebut hanyalah pelayan-pelayan Tuhan atau alat-alat-Nya Tuhan dan bukan “tuhan” yang harus mereka sembah. Mereka adalah instrumen yang Tuhan pakai untuk membawa jemaat bertumbuh dan dibangun dalam iman. Adalah Tuhan sendiri yang telah menugaskan para pengajar-pengajar dan memercayakan kepada mereka pelayanan ini. Di atas para hamba-hamba Tuhan ini ada Tuhan (Kristus Yesus) yang mana para jemaat harus mendekat dan mengarahkan seluruh fokus pandangannya kepada-Nya.
 
Mari jemaat Tuhan, ketika kita meninggalkan segala yang tidak berkenan dan mulai mengarahkan pandangan hanya kepada Tuhan, maka kualitas kehidupan dan spiritualitas iman akan bertumbuh dengan pesat, yang pada gilirannya semakin mendewasakan manusia rohani kita, sehingga siapapun yang melihat kita akan dapat membaca “Injil” di dalam diri kita. Selamat menjadi “surat pujian” yang terbuka. 
 
Tuhan Yesus memberkati!

16 September 2018 – Dewasa Dalam Kristus

| Warta Jemaat |
About The Author
-