Matius 14:28-29  Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.

Setelah peristiwa memberi makan kepada lima ribu orang, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk naik ke atas perahu dan menyuruh mereka untuk mendahului-Nya pergi ke seberang danau Galiliea. Sementara Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa, murid-murid yang sudah beberapa mil jauhnya dari pantai tiba-tiba diombang-ambingkan oleh gelombang air, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka dengan berjalan di atas air. Terkejutlah murid-murid melihat Gurunya dan spontan berseru sambil berteriak-teriak karena takut dan mengatakan bahwa mereka telah melihat hantu. Namun Yesus menenangkan para murid dan meyakinkan mereka bahwa Ia bukanlah hantu seperti yang mereka sangka.

Petrus yang melihat bahwa Yesuslah yang sedang berbicara, kemudian dengan segera berseru dan meminta agar Yesus menyuruhnya untuk datang kepada-Nya dengan berjalan di atas air. Mendengar perkataan Yesus yang menyuruhnya datang, maka keluarlah Petrus dari perahu dan mulai berjalan di atas air mendapatkan Gurunya. Namun ketika dirasanya ada tiupan angin, maka takutlah Petrus dan iapun mulai tenggelam dan berteriak minta tolong kembali kepada Gurunya.

Ayat di atas inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita minggu ini. Gelombang apapun yang mungkin sedang kita hadapi dan di atas “perahu” apapun kita berada, pastilah setiap kita rindu agar Tuhan segera meredakan gelombang itu. Namun, bila kita perhatikan kisah di atas, Yesus tidak meredakan gelombang tersebut, sebaliknya, Ia ingin agar murid-murid sendirilah yang “menaklukkan” gelombang tersebut dengan “menaikinya” serta “berjalan” di atasnya, seperti yang Petrus lakukan.

Beberapa hal yang kita mau pelajari berkaitan dengan pesan Tuhan tersebut adalah:
(1). Tetap fokuskan pandangan kepada Yesus

Mat. 14:25-26  Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut.

Sungguh mengherankan sikap murid-murid ketika melihat Gurunya berjalan di atas air, seakan-akan mereka belum pernah melihat sosok Yesus sebelumnya, padahal sudah sekian lama mereka berjalan bersama-sama mengiring Gurunya ke manapun Ia pergi. Sebelum peristiwa ini terjadipun, mereka ada bersama-sama dengan Sang Guru sepanjang hari hingga larut malam, bahkan mereka menyaksikan Yesus melakukan mujizat luar biasa dengan cara menengadahkan tangan-Nya kepada Bapa di sorga dengan lima roti dua ikan di atasnya sambil mengucap syukur. Hasilnya, roti dan ikan tersebut kemudian dibagi-bagikan dan mengenyangkan lima ribu orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Artinya, murid-murid sebetulnya tahu persis siapa Yesus, Gurunya tersebut. Namun yang mengherankan, ketika murid-murid yang sedang berada di tengah gelombang, melihat Gurunya berjalan di atas air, dengan serta merta mereka berteriak-teriak ketakutan sambil berseru mengatakan hantu kepada-Nya.

Apakah sebenarnya yang membuat murid-murid tidak mengenali Gurunya? Apakah Yesus tiba-tiba berubah rupa dan tampil sebagai sosok yang menakutkan? Tentu saja bukan. Murid-murid tidak mengenali Gurunya karena ada gelombang badai yang menakutkan serta gelapnya malam ketika itu. Besarnya gelombang yang sedang terjadi membuat fokus murid-murid lebih terarah kepada hal-hal tersebut dibandingkan dengan kehebatan Yesus yang sedang berjalan di atas gelombang air sebagai bukti bahwa gelombang apapun bertekuk lutut di bawah kaki-Nya.

Seringkali pandangan mata kita lebih sering terhalang bukan oleh perkara-perkara dari Sorga, melainkan oleh perkara-perkara dari dunia, seperti besarnya “gelombang air” yang dihadapi serta situasi gelapnya malam. Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya kita memang lebih sering mengandalkan mata jasmani. Sudah lebih dari enam minggu berturut-turut kita menerima pesan Tuhan yang sama, yaitu harus mengenakan “kacamata kedua”, yang berbicara tentang mengenakan kacamata rohani. Tuhan mau kita terus mengaktivasi pandangan rohani kita, sehingga dapat melihat betapa dahsyatnya Yesus dalam hidup kita, serta melihat bahwa Dia selalu ada di manapun kita berada.

(2).  Kita butuh perkataan-Nya yang hidup

Mat. 14: 29  Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus (NKJV: So He said, “Come”).

Sama seperti ketika Yesus memerintahkan Lazarus yang sudah mati empat hari untuk berjalan keluar dari kuburnya (NKJV: “Lazarus, come forth!”), ketika Yesus menyuruh Zakeus turun dari pohon dan hendak menumpang di rumahnya (NKJV”: “Zacchaeus come down”), dan ketika Yesus mengundang mereka yang letih lesu dan berbeban berat untuk diberikan kelegaan (NKJV: “Come to Me…”), demikian pula Yesus memerintahkan Petrus dengan perkataan yang sama untuk datang kepada-Nya dengan berjalan di atas air mengatasi gelombang, dan Petrus mengalaminya. Semua peristiwa-peristiwa luar biasa yang disebutkan di atas, dapat terjadi dengan diawali terlebih dahulu oleh adanya perkataan Yesus. Artinya, betapa pentingnya perkataan Yesus dalam kehidupan kita. Karena perkataan Yesus pula maka bumi dan alam semesta diciptakan. Namun sayangnya, masih banyak dari kita yang lebih suka mendengarkan perkataan-perkataan dunia yang terdengar baik namun tidak memiliki kuasa, terdengar bijak namun bukan hikmat dari Tuhan.

Terjepit di antara kejaran pasukan Firaun dari arah belakang dan bentangan lautan luas di hadapannya yang tidak mungkin diseberangi, posisi bangsa Israel ketika itu sangat sulit sampai-sampai tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Selain itu, masih pula ditambah suara sungut-sungut umat Israel yang menyesal telah keluar dari Mesir mulai memenuhi telinga Musa. Dalam keadaan sesulit itu apakah yang Musa lakukan? Apakah Musa lebih bersandar pada pemandangan yang ia lihat dan sungut-sungut yang ia dengar di sekelilingnya? Tidak, ternyata Musa lebih memilih untuk datang kepada Tuhan dan menunggu apa yang hendak Tuhan katakan. Hingga kemudian Tuhan memerintahkan Musa untuk mengangkat tongkat yang ada di tangannya, serta mengulurkannya ke arah laut. Dan kita tahu apa yang terjadi selanjutnya, laut itu terbelah dan selamatlah bangsa Israel.

(3). Tuhan butuh respon kita

Mat. 14:29b . . .  . Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.

Undangan Yesus untuk keluar dari perahu sebetulnya tidak ditujukan hanya bagi Petrus seorang, tetapi juga bagi semua murid. Namun, hanya Petrus saja yang memenuhi undangan Yesus dengan mengambil tindakan keluar dari dalam perahu dan berjalan mendapatkan-Nya. Perahu berbicara tentang zona nyaman yang mungkin dimiliki setiap anak-anak Tuhan. Zona nyaman tidak selalu berbicara tentang kenikmatan hidup, namun bisa juga mengenai hidup yang penuh tantangan. Terkadang kita bisa saja menikmati situasi-situasi yang membuat kita terlena, entah itu sesuatu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, yang membuat kita merasa nyaman menjalaninya sampai-sampai sepertinya kita sudah tidak membutuhkan Tuhan lagi untuk ikut campur di dalamnya. Dan apabila sudah berada dalam situasi demikian, terkadang Tuhan mengirimkan “gelombang laut” yang memaksa kita harus kembali berseru dan datang kepada Tuhan.

Dari kedua belas orang murid Yesus, ternyata hanya Petrus saja yang mau keluar dari “perahu kenyamanannya”, sementara murid-murid yang lain menunggu dalam permainan gelombang laut. Petrus memilih untuk keluar dari dalam perahu dan mendapatkan situasi yang baru dalam hidupnya, yaitu berjalan di atas air. Sesuatu yang tidak pernah dialami lagi oleh siapapun yang pernah tercatat di Alkitab. Dengan perkataan lain, Petrus sedang dibawa memasuki suatu level yang baru dalam hidupnya.

Umat Tuhan, seringkali kita mendengar bahwa ada orang-orang yang merasa Tuhan sudah tidak mengasihi dirinya lagi karena melihat besarnya gelombang laut yang harus dihadapinya, namun melalui pesan ini, sesungguhnya Tuhan sedang mengatakan bahwa dari sejak awal bukankah Yesus sendiri yang memerintahkan murid-murid untuk pergi ke seberang dengan menaiki perahu, tetapi lihat apa yang Yesus lakukan. Ia sendiri naik ke bukit untuk bersyafaat bagi murid-murid-Nya. Yang dibutuhkan adalah fokus pandangan yang tidak pernah lepas dari Yesus dan berjalanlah senantiasa dalam perkataan-Nya hari lepas hari.

Tuhan Yesus memberkati!

 

02 Juni 2013 – “Berjalan Mengatasi Gelombang”

| Warta Jemaat | 0 Comments
About The Author
-

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.